Matahari mulai meneggelamkan dirinya, sinar hangat
menyelimuti diriku suara dering hp membangunkan aku (adi) dari lamunan di sore
hari yang sedang menikmati rokok dengan segelas es jeruk di teras kost. Sebuah
pesan masuk dari temenku yang menanyakan kalo aku dikos apa lagi pergi.
Matahari semakin menenggelamkan diri sinar mulai redup semakin redup, setelah
ku balas pesan dari temenku gak lama kemudian temenku datang ke kos ku. Ya
cepet baru beberapa menit udah nyampe karna rumah dia deket sama kosku yang
berjarak kurang dari 13 Km.
Temenku ini bernama Ridwan dia temen kuliahku yang ku kenal
mulai akrab pada semester 5. Dia orangnya selalu semangat dalam hal apapun. Dia
datang ke kosku, masuk dan seperti biasa mengeluarkan sebungkus rokok di ambil
satu dan fiiuuuuuhh asep udah keluar dari mulutnya. Dengan alunan musik
Sevenfold kami ngobrol ngebahas soal ngisi liburan semester. Liburan kali ini
ku gak pulang, karena emang duit tak cukup kalo buat pulang kampung.
Salah satu rencana yang kami bahas bedua adalah sebuah
rancana yang termasuk dalam sebuah kejahatan ini adalah rencana gila yang
dilakukan oleh mahasiswa dalam mengisi liburan dan akan menjadi pengalaman yang
tak akan terlupakan bisa juga masuk dalam rekor mengisi liburan dengan
melakukan kegiatan kejahatan.
Untuk menjalankan rencana ini tidak bisa kalo cuma kami
berdua dan kami perlu beberapa orang untuk menjalankan rencana pengisian
liburan yang akan menjadi sebuah kenangan setelah nanti lulus kuliah namun,
bisa juga jadi malapetaka yang akan mengahiri status kami menjadi mahasiswa
dengan berakhir disebuah jeruji sel tahanan, dan akan mengecewakan orang-orang
terdekat terutama mengecewakan orang tua kami.
Kayaknya kami udah gila, pingin melakukan sesuatu hal yang
tidak seperti pada umumnya. Kami mulai merekrut teman kami yang masih di kost
dan gak pulang kampung halaman. Sehari setelah aku sama Ridwan memusyawarahkan
rencana kami menghubungi Rendy temen kami kuliah juga kali ini dia tidak pulang
kampung dikarenakan padi disawahnya yang di kampung gagal panen karana diserang
hama wereng dia tidak di kasih duit buat ongkos pulang.
Kami menghubungi Rendy untuk bertemu disebuah kafe, kami rasa
Rendy ini orang tepat karna dia kayak psikopat yang hobinya nonton film yang
berdarah-darah dia juga orang yang gampang untuk diajak soal yang negatif dia
selalu semangat apalagi jika itu menantang.
Ba’da isya aku sama Ridwan datang ke kafe yang udah kami
tentukan untuk bertemu dengan Rendy. Kami datang duluan sambil memesan minuman
sama makanan kecil sambil menunggu Rendy dan tak lama kemudia Rendy datang
menghampiri kami.
“Haeyy, ma’af telat”.
“Gak papa santai aja rend kayak sama siapa, kan kau selalu
telat mana pernah tepat waktu”.
“Aahh kampret.. haus nih pesenin minuman lah”.
“Air putih aja buat mu ya rend”.
“Udah ah tak balik aja aku”.
“Cieeh gitu aja marah, yaudah sana balik”.
Minuman Rendy udah datang dia mesen jus Alpukat, setelah itu
kami mulai membicarakan soal rencana kami rencana yang di rancang sama Ridwan
si orang edan. Kami mulai mebicarakan hal itu rencana kami adalah mengambil
benda yang harganya 2 milyar disebuah gedung penyimpanan benda berharga peniggalan
sejarah dan beberapa benda yang lain yang harganya ratusan juta rupiah.
Rendy kaget seketika saat mendengar ajakan ku sama Ridwan. Rendy
tidak setuju dan tidak mau ikut tentang
hal beginian walaupun dia kadang sering melakukan hal konyol namun untuk hal
ini dia gak mau dia masih pingin hidup bebas dan menikmati sejuknya udara di
alam terbuka merasakan hangatnya sinar matahari bukan berakhir di penjara. Tapi
itu hanya pada awalnya dia tidak mau setelah di bujuk dan di iming-imingi
dengan hasil yang akan kita dapet kalo berhasil Rendy ahirnya memutukan untuk
ikut. Dengan bertambahnya Rendy jadilah kami bertiga dan masih
kurang setidaknya 6 orang yang kami butuhkan artinya masih nyari 3 orang teman
lagi untuk ikut dalam hal ini.
Hari berikutnya kami menghubungi Tovan saat di hubungi dia
udah persiapan pulang kampung kesempatan pun hilang. Ada temen lagi yang bisa
kami hubungi aku inget sama Yoyok langsung aku hubungi dia syukurlah dia gak
pulang kampung karna kampunya jauh, aku ajak dia ketemuan dan seperti halnya Rendy
aku jelaskan maksud untuk mengajak dalam berbuat kejahatan dengan hasil yang
sangat menggiurkan tanpa pikir panjang Yoyok langsung mau untuk bergabung. Kini
sudah 4 orang yang berarti masih dua orang lagi.
Waktu sudah sore matahari semakin menenggelamkan diri, aku
pun pulang ke kost dengan mengendarai motor ku nikamati udara menjelang malem
hari di kota ini, kota yang menjadi tempatku menimba ilmu dan juga kota yang
akan menjadi tempat aku melakukan kejahatan. Sungguh menyejukan dan membuat
hati ini jadi semangat. Lampu-lampu jalan sudah pada menerangi jalanan dan
akhirnya aku sampe kost juga. Sesampe di kost udah ada Tovan di kosku yang
membuatku kaget dan bertanya dalam hati “ bukanya dia ini tadi bilang mau
pulang kampung kenapa jadi ada di kosku” ternyata Tovan ketinggalan kereta
gegara ketiduran dan artinya dia gak jadi pulang kampung halaman.
Tovan pun ikut serta kami udah menmukan anggota satu lagi dia
bernama feri, dan lengkap sudah 6 orang saatnya besok untuk berkumpul dan
membahas rencana ini.
Udara pagi sangat sejuk dan matahari pun menampakan diri
dengan ceria, aku mulai bergegas menemui mereaka semua. Kami pun berkumpul,
dengan mereka yang datang satu persatu. Kami membahas bagaimana cara untuk
melancarkan aksi kami ini.
Namun emang nasib baik memihak kami, dalam 9 hari lagi akan
ada pameran tentang benda bersejarah dan salah satunya benda yang akan kami
ambil dan juga beberapa benda yang lain, pameran diadakan di sebuah gedung
pertemuan didalam hotel. Ini akan menambah kemudahan aksi dalam melaksakan aksi
kami, kami mempersiapkan alat
perlengkapan yang di butuhkan, seperti senjata klasik maupun senjata api yang
modern. Untuk senjata kalsik mudah di dapatkan namun, beda dengan senjata api
yang sulit di dapatkan.
“Bagaimana dengan pistol dan teman-temanya??”.
“Iya, pistol gimana kalo soal senjata klasik gampang lah dicari
kalo itu?.
“Gampang itu untuk mendapatkan senjata api. Nanti malam kita
berkumpul ketemu disini jam 22.45.”
“Ok, kau yang rencanain aku ikut aja”.
Aku pulang sama Ridwan dengan mengendarai motor, hari sudah
mulai sore jalanan semakin padat apalagi ditambah dengan detik di lampu merah
yang sangat lama, kami menyusuri jalanan yang padat aku di belakang Ridwan yang
mengendarai motor dia mualai dengan kegilaanya lewat tengah- tengah mobil yang
jalanya merayap Ridwan malah tancap gas dengan kecepatan tinggi, sampe di depan
kena lampu merah kami berhenti tetiba Ridwan mematikan motor terus dikunci
stang dan dia turun jalan kesamping. Aku bingung kampret juga orang kena lampu
merah mentang-mentang lama malah di tinggal beli minum, udah gitu motornya di
depan ditengah jalan kunci stang pulak.
Yoyok menemui ceweknya, namanya Silvia sebelum si Silvia ini
pulang ke kampung halaman sekalian pamitan mungkin Yoyok takut juga kalo nanti
dia berujung tinggal di kost dengan jeruji besi. Ada rasa ingin membatalkan
juga dalam hati Yoyok untuk ikut kami dalam mengisi hari libur yang gila, kalo
gak selamat ya berujung di sel tahanan. Rendy mempersiapkan diri untuk nanti
malem yang mau apa nanti malem juga belum tau dia cuma ngikut.
Malem ini akan menjadi malem pertama dalam sejarah hidup kami
melakukan hal yang menegangkan, jam menunjukan pukul 21.59 yang bentar lagi
menjalankan misi untuk mendapatkan senjata api.
Yoyok langsung berangkat setelah tadi sore menemui Silvia dan
mengantarkan ke stasiun, Yoyok menghampiri Tovan untuk berangkat bareng mereka
berdua juga gak tau apa yang akan di lakukan malem ini, sedangkan aku sama Ridwan
berangkat bareng akhirnya kami berkumpul di samping gedung yang tempatnya sepi
dan pas buat membahas rencana.
“Ok semuanya udah kumpul..”
“Kita mau ngapain wan??”
“Begini kita kan butuh senjata api kan??”
“Iya”.
“Yaudah kita berangkat ke tkp, kita akan masuk kantor polisi
untuk mengambil sejata mereka”.
Kami pun beraksi tanpa persiapan dan pelatihan kami dengan
nekat masuk ke kantor polisi dengan hati-hati menaiki pagar yang ternyata lewat
bawah juga bisa si Tovan sok gaya pake naik pagar. Setelah melewati pagar kami
bagi tugas karna ada penjaga di luar, Rendy sementara jaga di luar Ridwan yang
masuk untuk melumpuhkan si penjaga dengan santainya Ridwan jalan mendekati sang
penjaga, belum sempet penjaga menanyakan Ridwan langsung menusukan benda yang
di pegangnya sebuah jarum suntik. Kami menyusul Ridwan setelah tau sang penjaga
lumpuh kini saatnya masuk dengan menggunakan topeng untuk melumpuhkan penjaga
yang lain.
“Wan kau..kau bunuh orang itu??”
“Enggak, itu cuma ku suntik bius dia gak papa santai aja
nanti kalo udah 10 jam dia juga sadar sendiri dan tidak akan ingat karna ku
bius”.
Ternyata banyak juga yang jaga kami pun saling berantem baik
dengan senjata maupun tanpa senjata aku gak nyangka ternyata temenku ini semua
pada pandai juga dalam hal berantem. Semakin seru pertarungan ini dengan
penjaga, penjaga disini juga hebat dalam hal berantem satu persatu udah mulai
tumbang. Saat pada mulai tumbang si yoyo mengeluarkan sesuatu dari dalam
jaketnya dilempar lah sebuah benda yang ternyata bom asap, sambil mengatakan
sambil teriak tahan nafas kalian selama dua puluh detik. Bom asap ini berisikan
bius yang membuat penghirup akan pinsan selama delapan jam.
Namun bodohnya Yoyok ini dia gak ngomong dari awal tadi
sebelum berangkat kalo dia punya bom asap, dia malah teriak otomatis kan si
penjaga juga ikutan nahan nafas. Kami belum selese masih melanjutkan beberapa
pukulan-pukulan seorang penjaga sudah ada yang gak sabar dan mengeluarkan
pistol dan terjadilah baku tembak kami yang gak punya senjata api cuma bisa
bertahan dengan melawan dan menghindari peluru yang keluar dari dalam tembak.
Satu persatu lawan kami lumpuhkan ternyata gak terlalu susah berhadapan dengan
mereka karna juga kebetulan kami berhadapan dengan yang mudah.
Setelah selese menghabisi lawan kami membuka topeng dengan
bernafas lega sambil ngap-ngapan. Kami mulai mencari senjata yang kami
butuhkan, masuk ketempat senjata dan waoow ternyata banyak senjata berbagai
macam tinggal plih atau bisa ambil semuanya lengkap dengan peluru, granat pun
juga ada. Ini pertama kalinya kami melihat dan memegang senjata secara
langsung.
Gak cukup diruang senjata kami masuk ruang barang bukti
disitu berbagai macam benda barang bukti kejahatan berbagai macam kami
mengambil senjata klasik sperti pisau namun juga milih pisau yang kecil,
prinsip dalam menjalankan aksi kami adalah jangan membunuh. Boleh menghajar
sampai babak belur sampai berdarah-darah namun jangan sampai cacat ataupun
mati. Motor sama mobil juga kami ambil ini sungguh uar biasa bray. Berangkat
dengan tiga motor kini pulang dengan lima motor dan satu mobil, semua disimpan
di rumah Ridwan yang satunya rumah yang udah gak di tempati dan kebetulan
berada jauh dari kota dan pemukiman penduduk.
Pagi hari pas nonton tv beritanya penyerangan terhadap kantor
polisi dan belum di ketahui apa motifnya dan siapa yang bertanggung jawab dalam
kasus ini. Seketika aku ngerasa hebat dan kagum. Feri juga nonton dan ternyata
gak cuma di tv tapi juga ada di koran dipasang di halaman depan serta ada foto
kami yang mengenakan topeng yang di ambil dari cctv, feri langsung ngabari yang
lain bahwa aksi semalem luar biasa bag sekelas mahasiswa kayak kami yang Cuma
modal nekat dan modal dari nonton film action.
Hari ke 4 sebelum pelaksanaan misi. Kami mempersiapkan segala
dengan matang-matang dari semua perlengkapan yang di butuhkan. Kami perlu jaket
anti peluru, motor kenceng, mobil tahan tembak dan komputer kelas canggih. Feri
jago otomotif dia merubah motor dan mobil menjadi luar biasa dengan kecapatan
laur biasa di atas normal mobil seperti umumnya. Untuk komputer si Rendy yang
jago dia juga jago nge-hack, dia pernah merantas jaringan kampus segitu jailnya
kampus sendiri di kerjain.
Setelah dimodis kami pergi untuk jalan-jalan refresing
sebelum beraksi. Kami pergi berenam yang tujuan kami pergi ke pantai melepaskan
penat dan menikmati hasil kerja kemarin kami berpesta.
Rend kau ngapain??
Main laptop aja. Mau liat gak permainanku??
Mana??
Tunggu lah di depan ada lampu merah.
Ternyata si Rendy bermain dengan lampu merah yang seharusnya
merah di buat hijau dan akhirnya ada mobil yang bertabrakan luar biasa sampai
terguling mobilnya tapi untungnya si pengendara cuma mengalami luka kecil tidak
sampai mati mobil pun yang terguling dan tertabrak lagi dari belakang kami kira
akan meledak namun tidak.
Gimana?? Seru kan?
Waah kacau kau ini rend parah, tapi seru juga.
Tanpa menghiraukan yang kecelakan kami melanjutkan
perjalanan, perjalanan kami semakin seru diiringi dengan musik dan canda tawa.
Belum puas dengan permainanya si rendi Tovan juga ikutan bermain dia
mengeluarkan benda yang berbentuk agak kotak dia teken tombol di kotak tersebut
dan membuanya di jalan. Tovan menyuruh Ridwan yang memegang stir untun pelan di
belakang ada truk tengi yang membawa bahan bakar. Setelah truk melewati kotak
yang di buang sama Tovan lalu Tovan menekan sebuah benda kecil bulet. Dannn
duaarrr ledakan luar biasa yang terjadi ternyata Tovan membuang bom.
Woooww.. kami kaget bukan main
Kendaraan yang di belakang truk pada berhenti sungguh ledakan
yang besar.
Perjalanan kami udah masuk ke jalan yang sepi yang di pinggir
jalan hanya ada pepohonan menandakan perjalanan tidak akan lama lagi sampe di
pantai. Jalan yang sepi sehingga ada aja orang yang berniat jahat, saat kami
sedang melaju tiba-tiba ada orang di tengah jalan dengan mobil yang di parkir
di pingir jalan, mereka menghentikan kami ada 4 orang dua orang dengan senjata
tajam dan dua orang lagi dengan pemukul basseboll. Kami berhenti menuruti
kemauan mereka kini kami reflesing sebelum melakukan kejahatan malah udah di
jahatin dulu.
Apa-apaan ini orang, nggak tau siapa kita apa.
Ya gak taulah dii orang belum kenal juga lagian kita juga gak
terkenal.
Lha kamarin kita memporak porandakan kantor polisi sampe
masuk tv sama koran.
Muka kita kan ditutup pake topeng nyet
Udah diem aja turutin mereka.
Kalian gak usah ikut turun duduk manis aja sambil nonton
pertunjukan, si Ridwan sama Yoyok yang bertindak. Karna kami di dalam mobil
kami gak tau apa yang mereka bicarakan, sedangkan Rendy dia gak peduli malah
asyik chat dengan ceweknya kampreet banget ini orang sama sekali gak ada
pedulinya.
Heyy kalo kalian mau selamat serahkan barang kalian, mobilnya
juga
Ambil silakan
Serius ini kalian mau mati haaahh
Gak mau yaudah, ayo balik yok
Berengseek kau woyy
Tanpa kata-kata Ridwan membalikan badan dan menghajr salah
satu dari mereka , perkelahian pun dimulai dua lawan empat pertarungan semakin
sengit beberapakali Yoyok kena pukulan Ridwan juga namun mereka masih kuat.
Kami hanya melihat dalam mobil si feri sama Tovan menikmati banget perkelahian
mereka sambil menikmati rokok dan minuman dingin, si Rendy masih asyik dengan
laptopnya dia chat sama ceweknya yang terkadag kayak orang gila senyam-senyum
sendiri.
Ridwan semakin bernafsu untuk menkhairi perkelahian langsung
saja dia membanting musuh satu kalah Yoyok mengambil kayu di pinggir jalan dan
di pukulkanya tepat kena muka, dua kalah masih dua dengan senjata tajam, Yoyok
gak mau kalah dia mengeluarkan senjata juga pertarungan semkin sengit beberapa
pukulan menghantam muka. Tak lama kemudian mereka kalah masuk dalam mobil dan
lari.
Brengsek dikira kita ini apaan
Udah ayo lanjut
Ridwan sama Yoyok jalan menuju mobil membuka pintu mobil,
bleep pintu mobil di tutup.
Fuck sakit juga punggungku di pukul
Kau keren yok berantemnya belajar dari mana kau??
Ah gak juga
Apa-apa gimana-gimana udah beres?
Ridwan menyalakan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan
Beres jidat kau rend dari tadi malah asyikan chat sama pacar
Kami melanjutkan perjalanan kami berwisata santai di pantai
tak lama kemudian kami sampe di pantai, lumayan juga banyak pengunjung di hari
yang bukan hari liburan.
Hari ke 3 sebelum melaksanakan misi, sore hari kami berkumpul
di markas untuk sekedar ngobrol, dan mengutak-atik senjata sambil bergurau main
senjata layaknya udah kayak jago bermain senjata, si Yoyok telponan sam Silvia Tovan
sedang asyik maen game sama feri, Rendy sperti biasa chat sama ceweknya juga
nge-hack beberapa situs. Aku sama Ridwan santai dengan menikmati rokok.
Kami bersantai ria saling berguarau tawa bersama tapi besok
kalo gak selamat berakhir sudah hidup di balik jeruji. Sungguh tak tau jika itu
terjadi tapi kami yakin bahwa besok akan berhasil dan akan menjadi kenangan
yang tak terlupakan selama menjadi mahasiswa dan selama persahabatan ini, kami
udah di semester akhir semester depan kami mengambil skripsi,sekarang malah mau
membuat kelakuan yang di luar dugaan. Malam ini adalah malam yang terindah
sebelum beraksi angin yang bertiup agak kencanng langit yang hitam menandakan
akan turunya hujan.
Hari kedua pada malam hari kami mencoba praktik untuk
persiapan besok dengan mendatangi bank sekalian ngambil uang di bank. Kali ini
bermain dengan santai hari udah mulai larut kami pun beraksi tak perlu membawa
peralatan yang berat dan banyak Rendy kami andalkan untuk meretas keamanan di
bank mengalihkan cctv membuka pintu yang dengan kartu semua dia bisa lakukan. Yoyok
bagian yang melumpuhkan penjaga dengan bom asapnya yang hanya dalam 20 detik,
setelah semua aman kami berempat aku, Ridwan, Tovan sama feri menyusul kedalam.
Kami memasuki ruang berangkas untuk masalah kode si Rendy
yang mengurus dengan menotak-atik laptopnya secara gak lama dan akhirnya
terbuka. Betapa kagetnya kami melihat uang dengan jumlah segitu banyakanya.
Ooohh fuucckk ..
Fuck kenapa van??
Duitt dii..
Dengan uang segitu banyak kami tidak mengambil semuanya tas
yang kami bawa cuma tiga tas itupun ukuranya gak besar, saat kami sedang
memasukan duit ke dalam tas tetiba alarm bunyi, kami sedikit panik dan bergegas
malarikan diri dengan menggunakan topeng.
Ternyata ada penjaga yang tadi sadar dan dia menekan alarm,
tak lama kemudian terdengar suara sirine mobil polisi. Kami langsung kalang
kabut lari mencari jalan karna sebagian petugas keaamanan udah ada yang sadar
karna bius dalam bom asap hanya sedikit.
Kami lari lewat belakang hingga akhirnya bisa keluar dari
gedung bank tersebut namun belum bisa lolos dari kejaran polisi. Mobil udah
terpakir sesuai rencana kami masuk ke
mobil dan langsung tancap beberpa peluru berterbangan mengenai mobil kami tapi
untungnya mobil udah tahan peluru. Kejar-kejaran pun terjadi antara kami satu
mobil berisikan enam orang dan beberapa mobil polisi dengan senjata lengkap.
Memacu mobil dengan kecepatan tinggi menusuri jalan kota dengan beberapa
tembakan.
Kejar kejaran terjadi lama, ada dalam pikiran kami mungkin
ini akan berakhir dan kami akan masuk buih lebih cepat sebelum melakukan
rencana inti. Kali ini si feri yang pegang kendali stir beberapa kali terkepung
namun masih bisa lolos dengan lihainya feri mengendalikan mobil dari kejaran
mobil-mobil polisi semakin lam semakin rame, Ridwan ternyata bawa pistol dan
berguna juga bisa menyingkirkan mobil polisi, Ridwan membidik tempat bahan
bakar mobil polisi pun meledak dan terlempar, terguling di jalan disusul mobil
belakanganya yang gak sempet menghindar hingga nabrak, yang lain bisa
menghindar dan masih melanjutkan pengejaran kami.
Kalo beginicaranya kita bisa mti hari ini.
Aku gak mau mati
Masuk rumah sakit dulu, terus masuk sel. Kita gak bakal mati
Emmaaakkk maafkan anakmu ini..
Kau ngapain van??
Mau update status minta ma’af
Kalian semua pada gila masih sempet-sempetnya becanda
Kami gak mau berakhir di malam ini, sehingga muncul rencana
untuk menurunkan kami satu-persatu kalo bisa langsung semuanya. Kami terus
memacu mobil dan masuk dalam kota muter-muter nyari jalan persimpangan,setelah
beberapa blok ada persimpangan jalan dan jalanya agak sempit di depan udah ada
mobil polisi dengan menembak kearah kami. Mobil langsung di banting stir sama
feri pintu di buka si Yoyok keluar duluan dengan melompat kemudian lari masuk
ke dalam rumah-rumah warga, polisi ada yang melihat Yoyok lari namun Yoyok
behasil lolos dari kejaran polisi.
Mobil masih berpacu kali ini giliran Ridwan sama Rendy yang
keluar mobil sama seperti yang tadi waktu Yoyok keluar pas banting stir. Rendy
sama Ridwan keluar lari dan berhasil lolos mereka melepas topeng, sama ganti
baju dan membuangnya di tempat sampah mereka kemudian jalan santai di pinggir
jalan tanpa gagap seolah-olah mereka gak tau apa-apa malah nonton mobil polisi
yang mengejar kami bertiga.
Ternyata masih ada bom asap nya Yoyok ku ambil lempar dan
ditembak sama Tovan ternyata meledak penuh dengan asap juga inilah kesempatan
kami menyelamatkan diri langsung tancap gas keluar jalur masuk jalan sempit
sampai akhirnya keluar dari kota dan sudah aman lah sekarang, lepas dari
kejaran mobil-mobil polisi.
Kami udah berkumpul lagi di markas stelah terjadi hal yang
sangat luar biasa, untung lah semuanya selamat dan bisa berkumpul ke markas. Si
Yoyok karna tadi lari kejar-kejaran sama polisi hingga jauh akhirnya dia ke
markas naik ojek. Rendy sama Ridwan pake taksi, ini sungguh keren.
Aaahhh selamat juga akhirnya aku
Untung aja kau selamat yok, kalo enggak kan bingung ngasih
kabar ke keluarga mu apalagi sampai kau mati, berat urusan.
Kalo aku bukan bingung ngasih ke keluarga dia, bingung mau
ngomong apa kalo ditanya sama Silvia..
Kalo soal ngomong kayak gitu mah gampang, yang ku bingungin
siapa yang mau bayar utangnya Yoyok..
Wahhh kampret kalian ini..
Dengan muka senang kami membuka tas hasil pengambilan di bank
dan waoow luar biasa, kami pun membagidengan setiaporang mendapatkan 32 juta
dan sisanya buat masuk kas untuk keperluan perlengkapan kami, ini cuma bagian
kecil juga baru uji coba, walaupun hampir ketangkap.
Pagi hari yang berawan membuat Tovan males untuk meninggalkan
kasurnya, hp udah berdering berkali-kali namun tak dihiraukan, kembali
berdering lagi hpnya dan kali ini di angkat sama Tovan.
Iyaa apa dii.. dengan suara bermalas-malasan
Kita keluar menikmati indahnya kota sekalian liat indahnya
hotel tempat pameran.
Ok..
Tuuut tut..telpon pun terputus.
Ini adalah hari sebelum hari pelaksanaan aku sama Tovan kluar
jalan-jalan santai disekeliling kota dan mendekati hotel serta masuk untuk
meliat-liat situasi. Sungguh udara pagi yang sejuk dan kota ini terlihat indah
orang-orang pada beraktifitas pagi, jalanan ramai dengan banyaknya kendaraan
yang berlalu lalang, udara yang awalnya sejuk semakin lama semakin berpolusi.
Ditempat lain Ridwan sedang makan akibat kejar-kejaran
semalem Ridwan kelaparan, Yoyok sama Rendy datang ketempat Ridwan makan di
sebuah restoran. Mereka makan dengan lahapnya sedangkan aku sama Tovan masih
jalan-jalan menikmati suasana hotel, Rendy dia sibuk chat sama ceweknya di
sebuah kafe sambil menikmati manisnya kopi.
Kami tidak semata-mata hanya makan, minum serta jalan-jalan
namun kami satu persatu juga sedang mengamati sekitaran lokasi, keadaan di
sekitar lokasi serta bagaimana keamanan di lokasi kami melihat dan mengamati.
Setelah selese dengan tugas masing-masing lalu berkumpul di restoran tempat Ridwan
makan. Kami memesan makan sesuai selera masing-masing.
Wuiih mesen makanya pada enak-enak ya??
Gak kayak kemarin-kemarin, Yoyok aja sampe utang
Masih aja kau inget utangku fer, udahlah ihklaskan aja fer
kita kan udah milioner..
Jutawan bukan milioner, iya-iya yok
Ngomong-ngomong ini siapa yang mau bayarin??
Hhahaa.. si Ridwan yang bayarin sante aja, pesen sesuka
kalian
Menjelang hari H malem hari melakukan pengamatan dan semakin
ketat penjagaanya yang berarti besok penuh tenaga dan pikiran dalam melakukan
aksi. Pameran akan di laksanakan sore hari sampe malem jam 19.00.
Panasnya sinar matahari semakin membuat suasana indah,
sekitaran pameran mulai rame dengan banyak pengunjung yang mulai berdatangan
serta menikmati tenangnya suasana kota ini. Kami mulai beraksi dengan menyamar
sebagai petugas keamanan dan kebersihan dalam pameran sembari mengamati
situasi. Layaknya petugas yang asli kami berlaku biasa jalan kesana kemari
mencari celah supaya pelaksanaan saat beraksi sukses dengan tenang.
Tibalah saatnya acara pemeran di buka sekalian ada lelang
sungguh suasana yang rame begitu banyak orang yang antusias mengikuti acara
ini. Semua petugas siap berjaga dengan sigapnya melihat-lihat kanan kiri dengan
begitu tajamnya. Acara di mulai dengan pembukaan yang di buka oleh penyelenggara.
Suasana tenang orang- orang pada melihat-lihat beda pameran
begitu banyak benda pameran yang terbuat dar berlian dan permata. Yoyok
bertugas menyamar sebagai petugas keamanan dengan seragam lengkap, Rendy
bertugas dalam hal keamanan mengalihkan cctv dan sejenisnya yang berkaitan
dengan teknologi, feri dia menetap di mobil sedangkan yang lain sebagai
pengunjung kalo si Tovan merangkap sekalian sebagai foto grafer kami
berkomunikasi menggunakan alat komunikasi yang terletak di telinga feri di dalam
mobil sekalian juga sebagai pengawas monitor yang dikirim langsung dari Rendy.
Kami tidak langsung beraksi namun masih melihat situasi rencana akan kami
jalankan ketika udah agak malem biar lebih nyaman.
Hari sudah mulai gelap kini saatnya kami beraksi, dimulai
dari Yoyok yang melumpuhkan penjaga satu persatu dan dengan tenangnya Yoyok
berhasil melakukanya tanpa ada keributan. Disusul oleh Rendy dia mengalihkan
cctv, petuga scctv yang berada dirungan sempet kaget dan bingung namun dalam
waktu sekejap cctv normal seperti biasanya yang aslinya udah di rubah sama Rendy
jadi gambar terlihat biasa.
Kami segera beraksi dengan menggunakan topeng di lengkapi
senjata lengkap klasik maupun modern dengan bervarian senjata api. Si Yoyok
masuk lewat jendela dengan memecahkan kaca, Rendy turun dari lantai atas
menggunakan tali. Ridwan melemparkan bom asap kali ini bom asap tanpa bius
hanya untuk membuat orang agar tidak panik, semua pintu udah di amankan. Dengan
gaya sokpenjahat kami memeinta semua orang nagkat tangan dan jangan sekali-kali
mencoba menyerang kami.
Tanpa di duga ternyata masih ada beberapa petugas keamanan
khusus dengan keahlian bela diri yang tinggi kami mendapat perlawanan baku
tembak pun terjadi dan ada beberapa orang yang terkena peluru yang nyasar tak
tepat tujuan. Semakin lama semakin mencengangkan dan kami pikir ini bakalan
gagal waktu di kantor polisi mendapat perlawanan kini disini masih dapat
perlawanan juga dan kali ini bukan orang biasa yang kami lawan namun dengan
keahlian tinggi dalam hal melawan penjahat.
Para pengunjung pada merunduk dan ketakutan saling teriak,
kami masih dengan adu tembak beberpa kali tembakan hampir mengenai salah satu
tim kami namun berhasil lolos. Saat waktu seperti iniTovan yang berhasil
menghindari tembakan dia mengambil beberapa benda bersejarah yang terbuat dari
berlian dengan harga yang fantastis.
Ridwan merunduk mendekati salah satu penjaga dan langsung
menghajarnya perkelahian pun terjadi sangat sengit beberpa pukulan saling
mengenai muka mereka,tak sabar pingin cepet menghabisi Ridwan petugas ini
mengeluarkan pistol namun sebelum menarik pelatuk ada tembakan yang mengenai
petugas tersebut dan akhirnya jatuh.
Sedang terjadi suasana yang genting ini dimanfaatkan oleh
pengunjung dia melihat ada tombol untuk menekan jika terjadi bahaya tombol yang
berada di bawah meja, aku yang melihat langsung menghajarnya namun sayang kami
udah telat tombol udah di pencet yang artinya kini polisi akan menju lokasi
dalam waktu kurang dari setengah jam. Kami segera menghabisi para penjaga ini
peluru penjaga udah habis dan kini dia menyerang tanpa senjata api namun
memakai pisau begitu lincahnya memainkan pisau beberapa sabetan mengenai kami
darah pun keluar namun tidak apa-apa karna ini hanya luka kecil.
Kami bergegas mengambil benda-benda berharga dan benda yang
paling berharga waktukami tidak lama tinggla 15 menit dan itu juga harus udah
keluar dari gedung hotel. Si Rendy mencoba membuka brangkas yang berisikan
benda yang paling berharga dengan keahlianya dalam bidang teknologi. Para
pemimpin atasan serta orang-orang orang penting lain dalam hal ini udah di
efakuasi sebelumnya setelah tau bahwa kami datang dan beberapaorang penting
sudah tidak sadarkan diri karna di tembak sama Tovan.
Kami bergegas keluar setelah dapat mengambil benda yang
paling berharga, namun belum juga nyampe pintu yang tinggal beberapa langkah
lagi kami masih harus menghadapi para polisi serta penjaga gedung. Perkelahian
terjadi dan saling rebut tas yang berisikan benda berharga itu, pukulan dan
tendangan saling beradukan muka pun mulai lebam darah mulai berkeluaran tanta
basa-basi polisi kami hentikan dengan tikaman pisau dan sengatan istrik hingga
tak sadarkan diri begitu juga dengan yang lain.
Kami kehabisan waktu bahkan ini sudah lewat dari setengah jam
setelah alarm di tekan, tapi kenapa par polisi belum datang juga ini membuat
kami jadi khawatir apa yang sebenarnya di rencanakan oleh polisi-polisi
tersebut. Betapa kagetnya saat kamimau keluar ada televisi yang menanyangkan
kabar bahwa sedang ada terjadi perampokan di gedung hotel pameran benda
berharga, polisi mencoba mendatangi lokasi setelah ada peringatan yang dikirim
dari tkp namun sayangnya perjalanan polisi ke tkp tidak lancar beberapa ledakan
terjadi di tempat umum dan tempat perbelanjaan yang menghancurkan sedikit
bangunan dan beberapa mobil, dan juga polisi menghadapi perlawanan di jalan
yang di tembaki dari seseorang yang belum diketahui siapa sebenarnya dan apa
motifnya.
Tapi kami gak peduli dengan yang ada di berita yang
terpenting ini menguntungkan bagi kami sekarang dengan mudahnya keluar dengan
membawa benda yang di taksir milyaran, sungguh malem ini malem yang panjang dan
liburan kali ini adalah liburan yang paling berkesan dalam hidup kami. Kami
keluar dan manuju mobil si feri didalam mobil dialah yang memandu kami beraksi
sehingga kami menang, dan berhasil keluar dengan tenangnya.
Kami menuju mobil, Yoyok sama Tovan pake motor berdua
lengakap dengan baju anti peluru dan senjata lengkap. Ridwan juga menggunakan
motor, kami langsung cabut dan berpencar sementara barang di bawa kami dengan
menggunakan mobil, feri menancap gas dengan cepat tiba-tiba ada yang menambak
mobil kami saat ku liat belakang ada seorang yng mengejar kami seorang polisi
muda dengan menggunakan motor dan sepertinya dia jago dalam mengejar sambil
memainkan senjatanya, takterima di tembak Rendy mengambil senjata juga dan
menembak balik terjadi kejar dan tembak-tembakan si polisi tersebutberhasil
menghindari tembakan Rendy namun tak berhasil menghindar dari mobil dan
akhirnya jatuh.
Yoyok sama Tovan dikepung polisi dan di kejar dengan
halikopter juga mereka terus menghindari kejaran, hampir terkepung namun
tiba-tiba ada yang melancarkan serangan ke polisi yang didepan hingga mobil
polisi meledak habis tersingkir helikopter juga ke bidik yang akhirnya gak bisa
lepas kendali dan mendarat di depan Yoyok sm Tovan hampirsaja menbrak namun
keahlian Yoyok dengan lihainya menghindari hellikopter.
Saat kami keluar gadung ternyata ada orang yang memberi
identitas ciri-ciri kami ke polisi sehingga kami masih harus berhadapan dengan
mereka ini. Ridwan dengan tenangnya dia mengendari motor tanpa diketahui oleh
polisi sehingag dia sampai di markas terlebih dahulu dengan menikmati rokok
sama minum dia bersantai menunggu kami.
Setelah agak lama kejar-kejaran akhirnya kami ada celah juga
buat lolos kami ku pasang bom dalam mobil dan kami keluar melompat mobil
dibiarkan jalan setelah itu ku ledakan, kami pun membuka topeng sama baju udah
kami lepas dalam mobil dan kini kami naik taksi menuju markas ternyata Yoyok
sama Tovan juga selamat sampe markas bareng kami, kota pun terlihat berantakan
akibat ulah kami polisi udah kehilangan kami dan kini kami aman.
Tak lama kemudian kami membuka hasil rampasan, tak lama
kemudian ada orang datang menghampiri kami dia lah yang membantu kami dan dia
juga temen kuliah kami yang bernama haris. Dihari pertama setelah kami
membentuk tim kami berlatih sama haris dia punya sedikit bakat dalam
menggunakan senjata karna haris ini pernah ikut dalam program latihan
kemiliteran walaupun cuma dua setengah bulan namun hasilnya bis dipraktikan dan
sangat luar biasa. Saat itu kami mulai belajar menembak, membuat bom asap yang
di bantu temen haris yang anak kimia dan juga berlatih cara menggunakan pisau
serta menancapkan keseseorang agar tidak sampai tewas, ada beberpa titik jika
ditusuk disitu orang tidak tewas hanya pinsan tapi juga harus cepet mandapatkan
perawatan medis.
Setiap kami menghujamkan pisau ke seseorang itu dia tidak
mati dan kami pun langsung menghubungi medis agar segera merawatnya. Dalam
ledakan truk minyak sopir selamat saat Yoyok melempar bom dia udah diperkirakan
saat truk udah agak kedeapan bom di posisi belakang yang menghasilkan ledakan
hanya belakang, sebenernya ini hal yang sulit namun Yoyok berhasil
memperagakan. Dalam menembak mobil polisi yang meledak polisi tidak tewas hany
mengalami luka ringan serta mobil lain dibelakangnya yang menabrak tidak sampai
tewas, prinsip kami jangan sampai membunuh bagaimanapun caranya sekalipun itu
kita tertangkap.
Dalam gedung pameran saat Ridwan udah siap ditembak namun
malah petugasnya yang tertembak, yang menmbak haris dia berjaga dari gedung
sebelah. Haris sangat membantu di dalam aksi ini dia mengawasi kami dari gedung
sebelah dengan tembak sniper namun petugas tidak tewas karna peluru tidak mengenai
jantung hanya di sebelah dan tidak dalam.
Hari udah mulai pagi semakin lama matahari memunculkan diri
di sebelah timur dengan sinar yang redup semakin bersinar mengahtkan suasana
pagi di kota yang indah ini, orang-orang udah pada mulai beraktifitas begitu
juga dengan kami yang sudah mulai masuk kuliah. Saat temen-teman yang lain
masuk pada ngomongin kejadian tentang perampokan benda berharga dengan nilai
milyaran, mendengar itu kami cuma senyum dan dengan senyum yang bahagia.
Hari-hari kami jalani seperti biasa aman dan tekendali.
Dua tahun kemudaian kami wisuda sungguh ini moment paling
indah moment dimana yag kami tunggu-tunggu namun, akhirnya juga kami berpisah
untuk melanjutkan hidup di jalan masing-masing, dan ini baru dimulai.. sampai
akhirnya kasus perampokan yang terjadi malam hari di gedung pameran dan lelang
di tutup karna pelakunya gak ditemukan.
Setelah itu mereka pun berpisah dengan menjalani kehidupan
mereka maing-masing. Kini kami pulang ke kampung halaman masing-masing.
“Mau pesan apa mas, ini silakan?” tanya
seorang perempuan pelayan kafe yang berdiri sambil memberikan daftar menu.
“Oh iya mba, makasih eumm ini aja mba kopi
ini 5 ya mba”.
“Oh iya mas”
jawabnya dengan penasaran serambi mengerutkan dahinya dan menyipitkan matanya.
“Hemm.. ini nanti buat sama temen saya
mba”
“Ooohh” jawabnya singkat yang
kemudian berbalik arah berjalan kedalam.
Jam
7.31 PM Haris datang ke kafe untuk bertemu dengan ke empat temenya, kursi
belakang barisan tengah dekat dengan jendela lah yang dipilih oleh Haris untuk
duduk. Detik jam berjalan tanpa ada henti dan dengan music jaz yang mengisi
kafe memjadikan suasana malam yang tenang. Dua lagu kini sudah usai sambil
menyeruput kopi yang telah dipesanya sesekali haris membuka hp nya, namun belum
ada pesan masuk dari salah satu temenya.
Lagu ke
empat kini udah hampir selesai ketika haris mau beranjak dari tempat duduknya
datang satu temenya yang ditunggu, Ridwan dateng dia melihat kanan, kiri depan
dan belakang untuk mencari dimana Haris duduk. Haris yang lagi berdiri dari
kursinya melambaikan tangan sambil bertepuk kecil memanggil Ridwan.
Tak
lama kemudian Tovan sama Rendy datang mereka yang melihat Ridwan langsung
menghampirinya, mereka saling sapa berjabat tangan. Kemudian menarik kursi yang
masuk dalam meja untuk duduk. Kopi yang sudah dipesanya sama Haris kini mereka
seruput dengan nikmatnya.
Sambil
menikmati kopi yang dipesanya yang sudah mulai dingin langsung diminum habis
sama Rendy, mungkin dia habis marathon.
Kemudian
datanglah satu lagi bagian dari mereka yang ditunggu paing lama, Feri datang
dengan tawa kecil menyapa satu persatu rokok yang ditangan dihisapnya sambil
menarik kursi untuk duduk. Kini lengkap sudah berlima, alunan music klasik
masih terus mengiringi suasana kafe yang begitu banyak pengunjung pemuda-pemudi
untuk menikmati malam di kota yang indah ini.
Setelah
lima tahun kini mereka bertemu lagi untuk sebuah tujuan setelah dulu sempat
berpisah untuk merilekskan pikiran.
“Ini
nih para calon miliader, kemana aja kalian selama lima tahun ini?”. Tanya Feri
yang masih dengan rokok yang dihisapnya.
“Gak
terasa udah lima tahun kita ini, setelah kejadian waktu itu”.
Mereka
kini seperti mengadakan reuni dan ditempat ini lah juga dulu mereka bertemu
sebuah kafe tempat untuk bersantai. Satu persatu mereka mulai bercerita tentang
lima tahun ini, Ridwan selama lima tahun ini dia mengembangkan kemampuanya
tentang komuter dan pemrogaman.
Lima
tahun ini setelah kita pisah aku pergi ke Bandung disana aku gak tau harus
gimana sedangkan kalian kan juga tau waktu itu kita tidak membawa hasil kerja
kita. Sampe waktu itu pernah dibawa ke lembaga sosial karna dikira aku sebagai
gelandangan yang tanpa tujuan hidup.
Aku
beruntung karna disitu aku bisa mandi, makan juga minum gratis, yang paling
menyenangkanya lagi disitu ada computer dengan jaringan internet yang super
cepat. Disitulah hidup ku setelah kita berpisah dimulai, dari computer yang
kugunakan di lembaga social itu aku bisa kek gini. Awalnya aku berpikiran untuk
pergi secepatnya tapi setelah tau ternyata lebih enak di situ, selama 4 tahun 8
bulan aku hidup disitu dengan pura-pura sebgai orang bodoh yang gak tau apa-apa
dan gak tau tujuan hidup. Aku beralasan ingin tetep disitu untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik kedepanya.
“lha
berarti kau cuma disitu, baru kemarin keluar?” tanya Rendy yng memotong cerita
Ridwan.
Iya aku
hidup disitu dan baru keluar tiga bulan yang lalu, lanjut Ridwan. Kalian tau
pembobolan Bank yang raib uang dengan nilai 4,5 milyar dan 3 perusahaan yang
hancur karena hacker? Itu yang kulakukan selama dalam lembaga social. Tinggal
duduk namun, bisa beraksi dan tak terlacak karena disitulah merupakan tempat
aman untuk bermain.
Music
klasik terus mengiringi suasana kafe orang keluar masuk datang ke kafe, suasana
jadi semakin hidup. Para pelayan sibuk dengan kerjaanya mondar-mandir
mendatangi juga mengantarkan pesanan ke pelanggan.
Ridwan
melanjutkan ceritanya setelah berhenti untuk menikmati kopi yang tersedia dalam
gelas berada didepanya.
Bisa
beramain kek ini itu asyik, kalian tau dengan permainanku ini banyak para
hacker yang ditangkap, sebenernya aku gak tega juga karna itu perbuatanku untuk
membongkar para hacker yang nanggung dalam aksinya dan juga sebagai keamananku.
Pemerintah berpikiran bahwa ini perbuatan para hacker mereka ditanya satu-satu
siapa yang telah merugikan bank sebesar 4,5 milyar dalam waktu itu mereka tahu
ini perbuatan hacker yang telah mentransfer uang tersebut namun mereka tidak
tau bahwa itu adalah perbuatanku.
“Waaahh
keren juga kau Wan”.
“Kalian
liat mobil yang terparkair itu, mobil yang berwarna hitam, dengan dua pintu itu
mobil hanya ada 6 di dunia dan satu di Indonesia dan itu milikku”. Kata Ridwan
dengan bangganya sambil mengambil rokok.
Kini
Tovan sama Rendi menceritakan kisahnya selama lima tahun ini.
Setelah
kita berpisah dulu aku sama Rendi bareng karna aku gak tau mau kemana dan aku
gak mungkin pulang kerumah. Kami berdua masuk militer selama dua setengah tahun
kami belajar membidik, dilatih berani motivasi dalam kegiatan militer namun
setelah itu kami mengudurkan diri, dalam militer kami masuk bukan sebagai
anggota TNI kami di bagian persenjataan. Selama dua setengah tahun sibuk dengan
senjata kami merancang senjata, membuat bahan peledak.
Itu
merupakan pancapaian terbaik dalam hidup kami, bergabung dengan militer untuk
berlindung dari semua ini setelah lima tahun itu.
Sisanya
kami habiskan untuk hidup seperti biasa bekerja disebuah perusahaan rokok dan
kami melanjutkan kuiah S2 magister hukum. Kami kuliah sibuk dengan tugas dan
tesis walaupun pusing namun kami kadang juga kangen dengan tembakan,
kejar-kejaran dengan mobil polisi kangen dengan ledakan.
Kami
pernah melakukan aksi kejar-kejaran dengan polisi dan itu rasanya happy, waktu
itu malam hari aku sama Rendy balapan dengan kecepatang tinggi di jalan tengah
kota membuat kekacauan dengan mobil yang kami kendarai. Dan kami juga bertempur
dengan para geng motor yang ecek-ecek sok jago, geng motor kami
porak-porandakan juga dengan para begal kami musnahkan. Mereka itu hanya sok
jago dengan kebodohanya.
Waktu
itu banyak geng motor yang beroprasi di jalan dan tempat-tempat ngumpul, aku
sama Ridwan mendatanginya dan melemparkan geranat ke perkumpulan mereka. Para
begal yang berkeliaran kami datangi agar kami di begal, kalo udah gitu tinggal
kita hajar dengan sesuka kita yang berakhir dirumah sakit dan penjara kami juga
tak lupa meningalkan pean dalam setiap korbanya dengan tulisan ‘nikmatilah
hidupmu’.
Hal
yang paling seru kami membuat 4 gembong narkoba bangkrut dan berkahir dengan
penjara mungkin sekarang udah mati. Kami datangi gembong-gembong narkoba kita
masuk didalamnya dan kita mainkan dengan anggaranya semua dilakukan oleh ami
dengan rapih walaupun bukan pengelola duitnya kami mengambil semua duitnya tapi
tidak menikmati narkobanya.
“welaah-welah
kalian ini… kalo kau gimana Fer?”. Tanya Haris.
Lima
tahun aku kuliah juga kayak Tovan sama Ridwan alhamdulillah kini udah selese.
Selama kuliah juga hidupku makin baik hidup santai dengan gak ada masalah,
tanpa pukulan tanpa kejar-kejaran dengan mobil polisi tapi bener yang dikata
Tovan itu bikin kangen.
Denga
kemampuan yang kumiliki saat itu aku mencari orang yang berbakat untuk ku ajak
beraksi, dan dapat 3 orang yang klop sama aku.
Kami
mencuri sebagian dari 2 perushaan ternama, kami membajak penyiaran televise
juga, modal buat beraksi hasil dari merampas mini market, sebenernya ini
keterlaluan. Kami dapatkan duit kami gunkan untuk mengambil yang lebih besar.
Tanpa
mobil itu sepi, saat itu malam hari tepatnya malam kamis kami berkunjung ke
sebuah sorum mobil dan mengambilnya dengan mudah karna satu temenku yang
bernama yoyok dia jago dalam hal pembobolan. Kami lanjut ke kantor polisi dan
mengambil mobil polisi juga, asli seru.
Hacker
juga ada, Raga dia bisa ngehac walaupun dia bukan hacker. Kami menjelajah dunia
maya, membobol berkas berkas penting perusahaan dan membeberkanya ke publik
tentang apa-ap yang dimiliki dan dilakukan perusahaan, kami berhasil
mentarsnsfer sebagaian dana perushaan dengan menggunakan hack. Dengan mudah
Raga mengambilnya, dan kami juga mendapatkn penebusan ratusan juta dari
perusahaan untuk berkas dan document.
Sebagian
mereka menceritakan pengalamanya selama lima tahun ini, walupun mereka
bercerita tidak lengkap namun itu hanya untuk berbagi cerita. Sedangkan Haris
selama lima tahun ini dia kesana kemari untuk balapan liar dengan menggunakan
mobilnya mencari duit buat biaya hidup lima tahun, karna sekarang ini adalah
waktunya mereka menjadi miliader dengan hasil perjuangan pendapatan yang
didapatnya lima tahun lalu.
Lima
tahun yang lalu mereka adalah tim, sebuah tim untuk melakukan sebuah aksi
perampokan, pencurian juga pembobolan beberapa perusahaan, mereka juga
memenjarakan banyak penjahat selama melakukan aksinya, terakhir mereka berhasil
membawa emas batangan senilai ratusan milyar dan juga uang tunai bernilai
ratusan juta yang mereka dapatkan dari beberapa bank dan toko perhiasan tempat
penyimpanan emas tersbesar. Namun, mereka harus berpisah karena mereka ketahuan
dalam aksinya hingga terjadi kejar-kejaran dengan polisi, walaupun akhirnya
mereka lolos tapi mereka berpisah dan kini mereka berkumpul untuk mengambi
hasil.
Mereka
dulu kuliah hukum namun mereka melanggar hukum, berawal dengan iseng-iseng main
computer yang kemudian mereka bisa ngehek kemudian mereka jadi lah seperti ini
penjahat dengan otak dan tak terlihat.
Hari
itu mereka bertemu di perpustakaan kampus untuk membahas aksi yang akan
dilakukanya, sore hari jam 4.41 PM mereka bertemu disebuah rumah makan untuk
makan dan setelah itu mereka berangkat untuk surve lokasi.
Mengendarai
mobil mereka berangkat Haris yang memegang setir mobil, Ridwan sibuk dengan
laptopnya sambil menghisap rokok, Tovan sibuk main handphone chatingan sama
pacarnya, Feri asyik dengan musiknya yang diputer ikutan nyanyi sambil
mengikuti irama musiknya, Rendy nyenyak dalam tidurnya. Satu mobil namun sibuk
sendiri sendiri, lagu yang diputer lagunya Dewa 19 judulnya cemburu, dan
sesekali mereka ikut nyanyi bersamaan. Mobil terus melaju dengan santai Haris
membawanya, dan ternyata malam hari ada razia mobil juga karna lengkap jadi
mereka aman saja.
Diperiksa
aman dan mereka lanjut jalan music masih berputar kini lagu Tipe-x judul
lagi-lagi sendiri lagu ini pas dengan mereka yang kini memang sendiri kecuali
si Tovan.
Mereka
sampai dilokasi, mobil berhenti mereka keluar dari mobil dan melihat-lihat
sekitar karena malem belum larut dan masih ada orang, mereka menyamar sebagai
karyawan. Mereka berjalan dengan santai menyapa sambil senyum ke para petugas
disitu. Ridwan menghampiri salah satu karyawati sambil senyum dan dia bilang
kalo mba ini cantik, menarik, dan stelan yang sangat menawan.
Ridwan
masuk ke ruang penyimpanan data, sedangkan Tovan ke toilet untuk menghidupkan
alat monitor untuk merekam apa yang ada diisi ruangan. Mereka beraksi dengan
tugas masing-masing, Feri dia berjaga dipintu depan menyamar sebagai satpam.
Ini adalah
awal mereka beraksi melakukan kejahatan, setelah tugas selesai mereka kebali ke
mobil dan meninggalkan bank tersebut. Rasa senang dan juga berdebar
jantung mereka rasakan.
Ridwan
mulai membuka laptop menghidupkan sebuah perangkat yang telah diletakanya di
ruang peyimpanan tadi, dengan mahirnya kini uang sebesar enam ratus juta rupiah
berhasil ditransfer dan masuk ke rekening mereka. Tak lama alat perangkat
tersebut meletup dan menghancurkan ruang computer bank kerusakan terjadi dan
aksi ini tak terlacak.
Tidak
selalu kehidupan mereka waktu itu selalu berhubungan dengan kejahatan, mereka
memang punya perlengkapan senjata dan alat untuk aksi mereka. Namun, mereka
hanyalah orang biasa, yang berstatus mahasiswa dengan kondisi yang juga gak
beda jauh dengan mahasiswa lainya sebagai anak kost.
Saat
itu juga mereka pernah merasakan kondisi dimana uang mereka pada keadaan
kristis, malam hari laper setelah selesai dengan tugas kuliahnya. Perjalanan 2
jam dengan mobil mereka tempuh demi untuk makan, ada sebuah restoran baru yang
memberikan promo makan gratis. Perjalanan waktu menuju kesana mereka bertemu
dengan sekelompok geng yang meminta mobil mereka namun, tidaklah berhasil
dengan perlawanan yang berujung kejar kejaran walaupun akhirnya gak ketangkap
mereka menambah waktu perjalanan menjadi 3 jam.
Mobil berhenti
dengan santai 3 orang keluar dari mobil dengan membawa pistol, senjata laras
panjang dan sebuah pisau dengan gaya yang sangat keren bagaikan gengster dan
dengan pede nya memainkan senjatanya.
“Met, puter dong lagunya biar keren”.
“siaaap”. Selamet pun masuk lagi kedalam mobil untuk
menghidupkan lagu. Lagu yang di puter lagu Linkin park ‘Faint’.
“Met, bukan lagu itu wooy kau ini gimana sih kurang seru
puter sevenfold yang ‘God Hates Us’ bukan Linkin park.
“apa-apaan jo lagu Sevenfold. gak, puter NOFX”. Kata Wanchu
Akhirnya Selamet pun marah dan dia ganti lagu bukan dari lagu
ketiga band tersebut. Dengan pusing kepala akhirnya terpilihlah lagu Hadad Alwi
yang judulnya ‘Jagalah sholatmu’ alhamdulillah adem bener jadi semangat mereka.
Ok lanjut ke cerita. Selamet, Paijo, dan juga Wanchu
merupakan ketiga mahasiswa dari salah satu Universitas swasta ternama di jogja
mereka telah menempuh pendidikan dengan mengambil ilmu hukum ketiganya kini
sudah selesai sidang skripsi dan mereka tinggal nunggu wisuda.
Setelah 3 tahun 8 bulan dan juga setelah bercengkrama dengan
skripsi selama 7 bulan akhirnya kini skripsi mereka di acc dan sudah sidang.
Semua berawal saat mereka sedang keliling kota malam hari
untuk sekedar menikmati indahnya kota Jogja yang kurang lebih 3 minggu lagi
memasuki bulan ramadhan dan sebelum meninggalkan Jogja mereka menikmati
indahnya kota.
“ternyata jogja indah juga ya jo, nyaman banget kalo disini
selain kota pelajar dan budaya juga kota romantis”.
“halaaah gayamu met kayak kau selama kuliah pacaran aja
bilang romantis selama kuliah aja kau jomlo”.
“hahaaaa…”. Wanchu ketawa dengan nada yang sangat mengejek
sambil memgang setir mobil yang di kendarainya.
Wanchu terus memacu mobilnya dengan santai sambil menikmati
rokok yang di hisapnya asap keluar dari mulut seakan keluar semua beban
pikirannya. Selamet pun ikutan menikmati rokok sambil minum es jeruk dan makan
sate usus yang sebelumnya di beli di angkringan pinggir jalan.
Saat mobil sedang jalan santai tiba-tiba Wanchu menghentikan
mobilnya dengan ngerem mendadak paijo yang sedang bbm man sama ceweknya
jidatnya kejedot dan nyungsep, selamet yang sedang asyik dengan es jeruk nya
yang di bungkus plastik sambil disedot pun keselek tumpah esnya.
Ternyata mereka di hadang oleh kawanan geng yang di lihat
dari mukanya mereka masih anak kuliah sekitar semester 6 walupun mereka memakai
penutup wajah sebagian muka dengan senjata di tangan mereka masing –masing,
salah satu dari mereka berjalan mendekat ke mobil membawa tongkat baseball dan
pistol.
“ooohhh fuckkk ngapain ini orang gaya kali sih”.
“santai met mereka hanya anak abg yang baru puber nyari
sensasi”.
“sensai taeek chu”.
“Udah biar aku aja yang menghadapi”.
Pijo keluar dari mobil dengan santai dan menghisap rokok di
hembuskan asepnya kesalah satu orang yang mendekat yang di perkirakan orang ini
wakil ketua devisi humas yang bertugas untuk memulai tindakanya ke pasien.
“hai anak muda ngapain kau?”, Tanya paijo.
“mau ngapain kau tanya, kau gak liat yang kubawa haah,
serahkan mobil dan duit dalam dompet kalian kemudian silakan kalian pulang
dengan aman”.
Paijo dengan santai menghisap rokok di tanganya sebelum dia
menjatuhkanya dan menginjaknya, paijo langsung menghantam orang tersebut pistol
yang ditanganya di tendang sama paijo hingga terlempar. Pertarungan antara
paijo dengan orang ini semakin seru dan ternyata paijo pandai juga dalam
berantem.
Tembakan pun meluncur dan hampir mengenai paijo, temen temen
mereka pada menyerang yang di perkirakan dengan jumlah 9 orang. Wanchu menyuruh
paijo msuk dalam mobil dan langsung tancap gas dengan mundur langsung banting
setir putar balik, peluru pun melayang mengenai mobil, mereka bertiga merunduk
kaca belakang mobil pun pecah ketika di tembak sebanyak 4 kali.
beginilah awal cerita yang sesungguhnya akan di mulai.
Pagi hari wanchu datang ke kost Selamet yang kemudian disusul
oleh paijo, mereka bertiga mau pergi jaan jalan menikmati kota jogja, seperti
dalam lagunya jogja hip hop foundantion jogja istimewa ‘negeri paling penak rasane koyo suargo ora peduli ndunyo dadi neroko…’
artinya ‘negeri paling nyaman (enak)
rasanya kayak surga tidak peduli dunia jadi neraka..’.mereka bertiga pergi
keliling kota hingga akhirnya sampai malem yang kemudian bertemu dengan
sekolompok orang yang menyerang mereka dengan meminta mobilnya.
Setelah kejadian mereka bertiga kini jadi musuh kelompok
tersebut dan kini mereka bertiga terus di cari oleh sekelompok tersebut karena
paijo telah menghajar salah satu anggota mereka hingga mengalami luka berat.
Sekelompok ini pun berkumpul untuk memusyawarahkan kegiatan
apa yang akan dilakukan, sembilan orang berkumpul di sebuah gudang dengan
membawa senjata untuk menjalankan aksinya. Sekelompok ini akan merampok bank
dengan rencana yang telah dirancangnya salah satu dari mereka ada yang jago
dalam hal komputer (hacker) ada yang jago dalam hal kimia dengan membuat
perlengkapan alat seperti bom dan bom asap serta racun bius.
Mereka sudah terlatih dalam hal seperti ini, saat sudah agak
malem mereka melancarkan aksinya. Dua orang berada dalam mobil yang satu
sebagai supir yang satunya lagi sang hacker dan sisanya beraksi menuju bank.
Pertama di lakukan dengan mematikan kamera cctv dan
mengalalihkanya.
“siaap?”.
“siap, sudah terkendali”.
Mereka beraksi dengan membuka pintu depan masuk dengan
menggunakan topeng yang menutupi setengah mukanya. Dengan sangat hati-hati dan
sigap mereka berhasil masuk, pertama disambut oleh penjaga bank namun itu
bukanlah halangan. Dengan sigap salah satu dari mereka langsung menghajarnya
dan menenangkan sang penjaga, satu beres.
“kita berpencar”.
“kau cari jalan ke brangkas, dan kau jaga disini”. Sang
pemimpin memberikan perintah ke anak buahnya.
“ok, serahkan padaku”.
Ada beberapa penjaga namun penjaga ini harus istirahat setelah
di bius oleh mereka dengan senjata buatan yang di buat sang ahli kimia. Dan
hingga akhirnya mereka masuk dan menemukan brangkas tempat uang berada.
Sang pemimpin langsung menghubungi anggota yang di dalam
mobil yang mengoperasikan laptop untuk membuka brangkas. Dengan lihainya dan
dengan ketak-ketik tekan enter berhasilah brangkas terbuka yang berisikan uang
milyaran rupiah.
“waaoow banyaknya, mantaaapp”.
“wuiih kalo begini aku bisa bayar utang ku ke kantin”.
“bajingan taek kau ini masa punya utang, di kantin pula”.
“halaah biarin lah yang penting kan gak utang ke kau nyok”.
“alamaak kalo gini aku bisa bayar semesteran, bisa pulang
kampung juga dan bisa ngelamar pacarku ahaaayyy”. Dengan girangnya orang ini
sampai menari-nari.
“waooy udah woy buruan kalian ini ada-ada aja. Lha kau
emangnya punya pacar mau ngelamar? Bukanya kau baru di putusin 4 hari yang
lalu?”.
“ooh iya saking senengnya aku sampe lupa”. Tadinya seneng
sampe nari-nari sekarang jadi sedih sambil nyanyi lagu malaysia ‘namun kau
kirimkan undangan….’ Lagunya gitu bener gak, lupa aku.
Tanpa basa-basi pun mereka segera mengambil uang tersebut
untuk di masukan dalam tas yang mereka bawa. Kemudian mereka pergi dengan
tenang meninggalkan bank tak lupa mereka juga meninggalkan bom asap buat besok
pagi ucapan selamat pagi buat para karyawan.
Hari pun sudah pagi adzan subuh berkumandang, jarum jam terus
berputar semakin lama semakin terang matahari pun menampakan dirinya dengan
ramah dan ceria tanpa ada awan yang menutupinya. Tempat bank semalem yang di
rampok datanglah para karyawan dan mereka pada heran bank yang seharusnya sudah
di buka tetapi ini malah masih tertutup, saat di buka meledaklah sebuah bom
yang menghancurkan bagian dalam bank dan bom asap yang meledak di pintu depan
hingga semua orang yang di bank pingsan semua.
Paijo mengambil hp yang kemudian menelpon selamet menanyakan
sedang dimana, paijo mau ke kost selamet. Dengan mengendarai sepeda motornya
paijo berangkat ke kost selamet menerobos ramainya kota jogja dengan
menggeol-geolkan motornya paijo melewati kendaraan lain yang jalanya merayap.
Kejadian yang tidak di inginkan oeh paijo ternyata datang saat berhenti di
lampu merah dan bersebelahan dengan mobil sedan, mobil itu membuka kaca paijo
menatap ke arah mobil menatap orang yang berada dalam mobil yang sepertinya
paijo mengenalnya.
Orang dalam mobil mengeluarkan pistol yang di arahkan ke
paijo pistol dengan dilengkapi peredam, paijo akhirnya sadar bahwa orang
tersebut itu adalah orang geng yang di hajarnya dua hari yang lalu. Paijo langsung
tancap gas dengan membalikan motor karena lampu masih merah, peluru pun
meluncur dan mengenai samping motor paijo. Saat kemudian lampu ganti hijau
mobil tersebut langsung puter banting setir tak peduli dengan kendaraan lain
yang pada membunyikan klaksonya karena kesel. Kejar-kejaran terjadi antara
paijo dan geng tersebut, namun akhirnya paijo berhasil lolos dan kemudian
sampai di kost selamet.
“joy kau kenapa ngos-ngosan gitu”.
“fuck met”.
“telo kau ini, ditanya malah fuck fuck endasmu”.
“aku tadi ketemu geng yang ku hajar kemarin hampir aku kena
tembak, baru kejar-kejaran met kayak di film-film gitu”.
Tiba-tiba hp selamet bunyi paggilan masuk dari wanchu, yang
mengatakan bahwa geng tersebut telah mengetahui identitas mereka, dan geng
tersebut menyuruh mereka datang ke sebuah tempat untuk bertempur.
Geng tersebut mengira bahwa selamet dan kawan-kawan merupakan
geng hingga akhirnya mereka menantang untuk bertempur.
Sebelumnya selamet dan kawan kawan bejalan di jalanan
malioboro untuk menikmati alunan musik para group musik yang alunan musiknya
enak banget buat di denger sambil merekam permainan musik mereka buat
kenang-kenangan sebelum meninggalkan jogja setelah wisuda nanti.
Dengan minuman kaleng dan sebatang rokok selamet dan paijo
jalan santai dan sambil mampir menikmati kulineran.
Saat sedang asyik dengan kulineranya tiba-tiba terjadi
keributan oarang pada panik suara tembakan terdengar gak karuan seperti orang
kesurupan yang main senjata. Wanchu yang sedang asyik dengan rokoknya yang
sedang duduk santai melihat orang-orang yang berlalu lalang langsung berdiri
dan pergi mencari selamet dan paijo.
Paijo pun ikut berlindung dan berlari dengan orang- orang
yang lain sekelompok orang dengan senjata memporak porandakan suasana yang
sedang damai dan tenang. Sekelompok ini hanya mencari sensasi dan memancing
agar selamet dan kawan-kawan muncul.
Selamet sama paijo pun sedikit takut makanan yang belum
selese di makan malah di tinggal oleh pedagangnya menyelamtkan diri, tdak hanya
tembakan ledakan pun terjadi di berbagai tempat semua jadi berantakan.
“jo kau mau kemana?”.
“ya pikirmu mau kemana?”.
“ini gimana makananku belum habis, ini juga bayarnya
gimana?”.
“ooh fucck, udah taro sit aja duitnya”.
Suara sirine yang keluar dari mobil polisi pun terdengar,
yang tak lama kemudian polisi datang ke lokasi dengan perlatan senjata lengkap
dan terjadilah baku tembak antara sekelompok geng dan polisi suasana semakin
kacau geng tersebut juga menyandra beberapa orang yang masuk dalam sebuah toko
semua ini di lakukan oleh sekeolmpok geng tersebut tidak ada tujuan yang
penting.
Ada dua orang dari anggota geng tersebut yang membuka
topengnya dan berlari seperti orang yang lain yang pada ketakutan dan mencari
perlindungan dengan berlari ke arah polisi yang sesungguhnya berniat mengambil
dua mobil polisi saat polisi sedang sibuk dengan senjatanya saling tembak dua
orang tersebut menyelundup masuk kedalam mobil dan menjalankanya menuju temenya
yang sedang menyekap sandera.
Dengan cepat mereka memacu mobil menuju temenya pintu di buka
dan merek masuk para sandera di biarkan begitu saja. Mobil langsung tancap
dengan cepat da membuat rusuh juga mengemudi tanpa aturan, polisi yang
mengetahui hal tersebut langsnung pada masuk kedalam mobil dan mengejar mereka.
Selamet sama paijo pun ikutan mengejar sekelompok geng
tersebut dengan mengambil mobil orang yang terparkir di pinggir jalan sedang
kan wanchu mengambil motor dan juga ikut dalam kejar kejaran.
“ini baru seruuu jo, kayak di film action crime kejar kejaran
dengan menggunakan mobil dan senjata api”.
“bajingannn kek gini kau bilag seru? Sarap kau ini kalo kita
kena tembak gimana ya?”.
“ya paling sakit, msuk rumah sakit atau bisa juga tewas udah
sih gitu aja kalo seumpama kita kena tembak”.
Paijo yang sedang mengemudi mendadak langsung mengerem
mendadak mobil yang di belakangnya pun tak bisa mengerem dengan cepat mencoba
menghindari mobil paijo mobil yang di belakang saling tabrak, dan terguling.
“lho kenapa jo?”.
“mending kita balik aja ayo, pulang ke kost”.
“lha emang kenapa?”.
“aku gak mau mati cepet, belum wisuda belum nikah belum
kerja… be..”.
Selamet langsung menghajar paijo untuk menyadarkan dan
mengambil alih kemudi,selamet langsung tancap gas mengejar kelompok geng dan
ikut polisi. Tembakan terjadi peluru salng meluncur kejar-kejaran mobil semakin
ramai dengan mengendarai yang ugal-ugalan banting setir mendadak, saling tabrak
dengan mobil yang sedang lewat dan banyak mobil yang terguling. Wanchu dengan
sepeda motornya terus memacu saat melihat mobil polisi yang terbalik wanchu berhenti
dan mengambil senjata polisi.
Setelah mengambil pistol dan pelurunya tak lupa juga wanchu
mengambil hp dan memutar lagu NOFX sebagai penyemangat dalam beraksi, motor
langsung di tancap dengan kecepatan tinggi dan melewati jalan terobosan yang
akhirnya berhadapan dengan salah satu mobil polisi yang di pake oleh para geng
tersebut.
Dengan santainya wanchu berhenti dan mengarahkan pistolnya ke
arah mobil, mobil tersebut malah banting setir yang kemudian tembakan wanchu
tepat mengarah ke arah bensin dan meedaklah mobl tersebut terlempar dan
terbalik, namun orang yang di dalamnnya tidak tewas dengan rasa sakit membuka
pintu yang terbalik dan keluar yang kemudian berdiri sempoyongan, wanchu sudah
di depanya dan langsung menendang orang tersebut dan mengahajarnya hingga gak
kuat lagi untuk berdiri muka penuh dengan darah yang berantakan.
Sedangkan selamet sama paijo masih memacu mobilnya kini
selamet mensejajarkan mobilnya dengan mobil polisi yang di pake oleh geng
tersebut, kini dua mobil saling himpit dan saling hantam selamet yang gak bawa
senjata beberapa kali harus menunduk menghindari peluru dan membanting setir,
semakin lama mobil mulai semakin hancur dan kini mobil geng itu harus manabrak
sebuah tiang listrik sedangkan mobil selamet terguling.
Kini mereka satu persatu keluar dari mobil dengan muka
berdarah dan jalan sempoyongan mereka mendekat dan berantem, saling pukul
saling tendang namun kemudian geng tersebut pergi meninggalkan semate sama
paijo setelah ada mobil yang menghampiri geng tersebut mereka pergi dengan
begitu saja. Selamet dan paijo akhirnya pulang ke kost selamet, sampai kost
masih dengan muka babak belur mereka membersihkannya yang kemudian duduk di
depan kamar kos dengan menikmati rokok dan minuman kaleng. Tak lama kemudian
wanchu pun datang dengan baju yang gak karuan.
Kemabali ke cerita awal, yang mereka bertiga dengan gaya sok
jagoan yang di iringi lagu Hadad Alwi, kini mereka bertiga siap berantem dengan
para kelompok gengster yang baru naik daun.
“ oh fuck ini apa-apaan kalian muter lagu Hadad Alwi kita mau
berantem bukan mau tausiyah”. Kata salah satu anggota kelompok gengster.
“diam lah kau”.
Mereka pun langsung saling serang dengan mengahantamkan
pukulan demi pukulan dan hantaman senjata seperti pisau dan tongkat baseball.
Tiga orang melawan sekitar sembilan orang dengan di iringi lagu hadad alwi.
Hujan mengguyur dengan derasnya diwarnai
dengan kilatan dan suara petir, suasana semakin mencengkam didalam sebuah rumah yang
jauh dari pemukiman warga matahari sudah tidak
menampakan terang sinarnya setelah seharian bersinar, udara dingin semakin
menambah suasana makin mencengkam.
Terdengar suara aneh di balik pintu belakang rumah, namun
saat di buka tak ada yang aneh semua biasa tidak ada apa-apa, walaupun kami
berempat bersama dan berada di dalam rumah namun kalo berada diposisi seperti
ini sangat mencengkam dan membuat bulu kuduk merinding. Dan tak disangka pintu
terbuka sentak kami teriak melihat sesosok berdiri depan pintu dengan sebuah
pedang dan gergaji tanpa basa-basi langsung menebas feri salah satu temen kami,
feri kesakitan dengan memegang leher yang terkena pedang dengan darah mengalir
tak tertahankan kami semua teriak dan berlari tidak mempedulikan feri yang
akhirnya tewas.
****
Udara pagi ini sangat sejuk
aku (adi) dan kawanku haris kami ikut olahraga pagi lari –lari santai
keliling jalanan. Habis lari badan seger tapi juga capek kami istirahat duduk
di pinggir jalan sambil melihat orang-orang yang lalu lalang dengan
kesibukanya. Dengan duduk santai sambil menikmati rokok haris ngeliat tovan
sama mala yang juga sedang olahraga, kami menghampiri mereka berdua.
“Haii van, la..” sapa ku ke meraka berdua tovan sama mala
“Heii tumben kau olahraga juga dii, riss?” jawab tovan.
“Ah kau ini,” haris menyeletuk.
Karena ketemu terus kami pulang bareng tovan sama mala,
sambil ngobrol-ngobrol dan tidak terasa akhirnya sampai juga di depan gang dan
kami harus berpisah aku sama haris jalan lurus tovan sama mala masih agak jauh
belok ke kiri. Aku sama haris satu kontrakan, sedangkan mala tinggal gak jauh
dari kami begitu juga dengan tovan, kami kuliah satu kampus namun tidak
semuanya satu fakultas, kami kenal pas waktu kkn selama sebulan.
Selain tovan sama mala temen kami yang lain yaitu ridwan,
yoyok, feri, silvia, rendy dan juga wulan. Dan malam hari ini kami berkumpul
bareng disebuah kafe untuk sekedar ngobrol dan bersantai menikmati kopi dan
rokok. Kami punya rencana untuk jalan-jalan ke alam ke hutan sekalian untuk
menemani feri yang menjalankan tugas penelitian tentang tumbuhan dan tanah
karna feri ini anak kehutanan, melakukan penelitian untuk tugas akhir.
“Gimana fer besok ke hutanya??”
“Jadi, besok tanggal 23.”
“Tanggal 23 sekarang baru tanggal 16 berarti berapa hari lagi
yok??”
“Itung sendiri lah dii.!!!” Dengan nada membosankan jawb
yoyok.
Pulang dari kafe aku bareng sama haris melewati jalan sepi
gelap dan sungguh merinding udara malem yang dingin semakin menusuk ketulang
ini udah larut orang juga sudah gak ada yang lewat paling cuma beberapa yang
lewat itu pun kendaraan besar.
“Eeh dii kalo malem kayak gini serasa horor banget ya??”
“Ah tidak juga.”
“Aku kok merinding ya dii dingin terasa banget di leher..”
“Iya lah gi mana gak dingin orang angin semilir begini…”
Tak lama kemudian kami sampe kontrakan lega rasanya sudah
sampe, suasana sepi banget tidak ada suara orang bahkan suara hewan malem pun
gak ada terasa mencengkam.
Alarm bunyi brisik banget dari kamar haris hari udah pagi
adzan subuh sudah berkumandang alarm bunyi tapi haris belum bangun. Ku ketok
pintunya juga gak bangun-bangun saat ku buka ternyata gak di kunci jam alrm nya
ku masukan ke air biar gak berisik, haris kalo udah tidur kayak kebo susah
banget di bangunin. Tapi ahirnya bangun juga, kami sholat subuh ke masjid deket
kontrakan kami tinggal, udara pagi yang masih suci belum bercampur dengan polusi membuat diri ini
rileks untuk menikmati pagi hari.
Saat sedang santai dengan menikmati rokok hp bunyi dan baru
sadar kalo sekarang kami akan menemani feri dalam melakukan tugas akhirnya. Aku
sama haris bergegas mandi siap-siap dan berangkat ketempat feri, sampai sana
sudah ada temen yang lain yoyok, ridwan, yoyok sama rendi, mala sama wulan gak
bisa ikut karna ada acara di kampus dan ditambah raga temen feri yang sama-sama
juga ikut mau melakukan penelitian.
Kami berangkat mengunakan mobil yang di kendarai sama ridwan,
sepanjang perjalanan gelak tawa pun mengiringi kami. Perjalanan dari tempat
kami ke lokasi jauh karna di luar kota dan memerlukan waktu yang tidak sedikit.
“Wuuuhuuuhhh hutan aku datangg…” dengan nada seneng teriak
haris.
“Gak usah berlebihan aahh..”
“Eh van gimana hubunganmu sama mala??” , tanya rendy.
“Alhamdulillah baik-baik aja..”
“Lancaaar ya van, asyeekk..” celetuk ridwan.
Perjalanan dari tempat kami memang jauh dan karena sudah lama
dijalan maka kami istirahat di sebuah tempat peristirahatan yang berada di
pinggir jalan sembari makan perut kami juga pingin dimasukin makan dan minum.
Waktu pas dengan adzan dhuhur kami juga sekalian sholat dhuhur, pesen makan
minum udah terus di lanjut sholat, kebetulan ada musholahnya. Selese makan
serta sholat kami lanjutkan perjalanan yang masih setengah jalan lebih ke
tempat tujuan. Perjalanan keluar kota dan menuju hutan itu merupakan perjalanan
yang menyenangkan bisa menikmati indahnya tempat lain di negeri ini.
Matahari mulai tenggelam sinarnya pun mulai meredup
perjalanan tinggal sebentar lagi. mobil kami terus melaju dengan kecepatan yang
lumayan tinggi kami semua pun udah lelah udah ada yang tidur. Tak lama kemudian
kami mualai menginjakan roda mobil di wilayah hutan, hari sudah mulai gelap dan
tambah gelap tidak mungkin kami lanjutkan masuk ke tempat tujuan kami juga
capek butuh waktu istirahat.
Kami mau istirahat namun bingung mau istirahat dimana,
harusnya tadi kami berhenti di pemukiman warga yang sudah terlewat jauh, kami
kira didepan masih ada pemukiman warga namun ternyata salah tadi sudah
pemukiman yang terakhir. Kebingungan pun mendatangi kami gak mungkin kami balik
ke pemukiman ini sudah masuk kedalam sebagian hutan sedangkan pemukiman warga
butuh sekitar 43 menit perjalanan.
Kami terus jalan berharap menemukan tempat untuk tinggal, dan
kebetulan didepan terlihat ada sebuah rumah dengan cahaya redup di dalamnya.
Satu persatu kami turun dan menghampiri rumah tersebut, yoyok yang memulai
dengan mengetok pintu dan salam.
“Kok aku jadi merinding gini ya..” kata tovan dengan rasa
takut.
“Santai aja van gak usah dibikin merinding..” jawab ridwan.
Pintu juga belum di buka, jawaban pun belum terdengar dari
dalam rumah. Yoyok mengulanginya lagi dengan mengetok pintu, beberapa kali gak
ada jawaban kami pikir kayak rumah ini ditinggal sama penghuninya kalo gak
mungkin yang punya rumah takut gak mau keluar mungkin kami dikira orang jahat.
Yoyok mau membuka pintu, namun pintu sudah di buka dari dalam dan terlihat
seorang lelaki yang diperkirakan berusia 29 tahun dengan muka agak bingung dia
bertanya pada kami.
“Ma’af kalian ini siapa? Tujuan kalian mau apa?”
“Kami mahasiswa yang mau melakukan penelitian, tapi sampe
sini udah malem kami bingung mau istirahat dimana, terus tetiba kami liat rumah
ini kami pun bermaksud numpang itirahat disini. Jelas rendy..”
“Ooohh silakan kalo mau istirahat disini kebetulan saya juga
sendiri dirumah ini.. silakan masuk..” dengan ramah tuan rumah mempersilakan
kami.
“Makasih mas..”
Kamipun masuk kedalam didalam rumahnya sederhana hanya ada
beberapa sofa dan meja gak begitu banyak isi dalam rumah. Terlihat beberapa
koleksi tulang yang di gantung didinding kami pas kami tanya katanya tulang
hasil buruan dia suka berburu dan tulang nya di koleksi namun tidak lama,
setelah itu ganti yang baru.
Rumahnya terlihat serem juga dengan cahaya redup sungguh
serasa horor banget, tapi kami yakin tidak akan ada apa-apa yang terpenting
kami malem ini bisa beristirahat sebelum besok melakukan penelitian. Kami
melihat-liaht isi rumah, yang ku perkirakan rumah ini sudah sangat tua terlihat
dari bangunan dalamnya dan isinya.
Tak lama pemilik rumah keluar dengan membawa makanan dan
minuman hangat, sungguh baik banget sang pemilik rumah. Malam semakin larut
kami mulai mengatuk sang pemilik rumah mempersilakan kami istirahat namun cuma
diruang tamu ukuran rumah yang tidak besar dan hanya ada satu tempat tidur dan itu
buat pemilik rumah. Satu persatu kami pun tertidur, saat sedang tidur dan waktu
semakin larut tetiba terdengar suara seperti orang yang sedang memotong benda,
aku terbangun dan penasaran sebenernya suara apa dan ku bangunkan si feri ku
ajak dia melihat keluar suara tersebut berada dibelakang rumah.
“Kau dengar suara itu kan fer?”
“Iya dii aku dengar, emang siapa malem-melem begini berisik
di hutan pulak, lagian ini kan jauh dari pemukiman..”
“Kita liat aja ayo, pelan-pelan fer..”
Aku sama feri pun bangun dan menghampiri suara tersebut, saat
kami mau jalan raga ikut bangun dia menanyakan mau ngapain malem-malem, feri
menjelaskan ke raga dengan suara pelan agar tidak membangunkan yang lain. Kami
bertiga pun melangkah kebelakang menghampiri suara berisik itu, saat kami
memasuki seisi rumah terlihat beberapa senjata tajam berbagai macam tertata
rapih disertai beberapa tali dan kawat berduri. Kami semakin merinding melihat
alat-alat tersebut mungkin alat tersebut yang di gunakan pemilik rumah untuk
berburu.
“Liat benda-benda ini ngeri kali..”
“Kereen fer..” jawabku sambil meledek.
“Serem woy…” sahut raga..
Kami pun sampai pintu belakang, pintu kami buka dan ternyata
gak di kunci. Terlihat agak jauhan ada cahaya lampu yang tidak begitu terang,
kami menghampirinya dan ternyata sang pemilik rumah yang sedang memotong kayu
bakar dan hasil buruan. Kami pun bertanya-tanya jam segini yang udah lewat
larut ini orang udah belah kayu apa gak ngantuk atau capek. Saat kami datang
dia menawari kami rokok, kami terima dan fiiiuuuhhh asap pun keluar dari mulut
kami sungguh melegakan. Orang ini memang baik namun, aneh juga di balik
sifatnya yang baik sepertinya kayak ada yang beda, dan juga kami malah jadi
penasaran kenapa orang ini baik banget sama kami padahal belum kenal sama
sekali. Tak terasa hari sudah pagi .
Sinar terang dari langit mulai menambah terang, kami pun
bergegas balik kedalam rumah dan membangunkan yang lainya, karna hari ini kami
akan melakukan kegiatanya. Semua pada merapihkan diri setelah semuanya sudah
siap kami pamit untuk melanjutkan perjalanan. Berjalan menyusuri hutan yang
rimbun dengan udara yang masih suci tanpa polusi kendaraan, suara burung
berkicau menambah indahnya suasana hari ini.
Banyak nya pohon dan tanaman liar yang sedikit mengganggu
perjalanan kami, sedangkan salah satu dari kami tidak ada yang membawa alat
untuk memotong tanaman liar yang menghalangi jalan. Selain menerobos tanaman
liar kami juga menyebrangi sungai, sungai yang gak begiti besar. Kami terus
berjaan dan mencari lokasi yang bagus yag sesuai dengan yang akan diteliti,
penelitianya tentang tekstur tanah dan pepohonan yang tumbuh serta beberapa
tumbuhan yang langka. Sambil melihat-lihat feri sama raga terus berjalan, kami
cuma mengikuti mereka berdua, tak lama kemudian menemukan yang sesuai untuk
penelitian.
Hp tovan bunyi… si tovan di telpon mala untuk sekedar
menanyakan kabar dan keadaan secara kami dihutan dengan medan yang tidak kami
kenal. Sembari tovan ngbrol sama mala lewat telpon feri sama raga melakukan
penelitianya dan kami sisanya istirahat sambil menikmati rokok dan minuman.
Ternyata tidak terasa juga udah melangkah jauh kedalam hutan, dan matahari udah
tergelincir ke barat, setelah semuanya selesai kami balik ke penginapan serem
itu.
Hal aneh pun terjadi saat kami mau balik, saat kami jalan
muter ternyata cuma muter-muter disitu dan kami bingung arah.. dan rasanya juga
seperti ada yang ngikutin kami apalagi hari semakin gelap kami hanya berbekal
senter kecil dengan cahaya yang gak begitu terang. Semakin melangkah malah
semaikn jauh dan gak tau mengarah kemana, perasan tentang yang ada mengikuti
semakin terasa kuatsaat noleh belakang tak ada apa-apa, sungguh membuat kami
jadi merinding. Kami terus jalan mencari jalan untuk dapat kembali ke rumah
serem itu.
“Kayaknya kita nyasar nih…” kata raga.
“Iya ini masa dari tadi gak nyampe, perasaan juga tadi
berangkat tidak lewat sini..” jawab rendy
“Waduuh gawat ini kalo beneran nyasar..”
“Udah sabar yang penting kita harus tetap bersama..”
“Eh kalian ngerasa ada yang ngikutin gak sih??”
“Udahh jangan ngomong yang enggak-enggak..”
Kami terus jalan dan berjalan hingga akhirnya istirahat
karena kacapean, seperti biasa sambil menikmati rokok angin berhembus manambah
dinginya udara malem, saat sedang santai tiba-tiba terdegar suara jeritan
seorang perempuan di kejauhan, sentak kami pun kaget. Kami bergegas menghampiri
suara itu, aneh juga ternyata di hutan
begini masih ada orang lain selain kami. Suara teriak minta tolong pun
terdengar diperkirakan tidak cuma satu orang, tak lama kemudian ada orang
perempuan di depan kami dengan nafas terengah-engah dan berlumuran darah
perempuan ini sepertinya syok dan begitu ketakutan.
“Tolong akuu.. tolong” kata si perempuan dengan nada
ketakutan dan menangis. Kami menenangkan perempuan ini untuk duduk sampai
akhirnya tenang dan dia menceritakan apa yang telah dalaminya bersama
teman-temanya.
Perempuan ini seorang mahasiswa yang sedang melakukan
ekspedisi keliling hutan mencari bunga anggrek dengan teman-temanya yang
terdiri dari 7 orang namun, saat ini tinggal dia sendiri tiga temanya sudah
tewas dan yang tiganya lagi tidak tau kemana karena mereka terpisah. Awalnya
mereka sebelum masuk kehutan untuk ekspedisi bersama teman-temanaya mereka
singgah di pemukiman penduduk yang tepatnya jauh pemukiman penduduk terakhir
yang kami ke lewat dan pas mau balik sudah terlanjur jauh.
Mereka ini di nasehati orang-orang untuk tidak melakukan
ekspedisinya apa lagi kalo sampe masuk malem hari sudah beberpa kali setiap
orang yang masuk ke hutan tersebut tidak pernah kembali dan gak tau mereka kemana.
Kata warga setempat dua puluh tahun yang lalu ada sebuah keluarga yang
mempunyai sebuah tempat penginapan di hutan ini dulu katanya disini rame namun
saat keluarga tersebut sedang menginap malem hari di datangi penjahat dengan
merampok barang-barang yang di punya, keluarga tersebut merupakan keluarga kaya
keluarga pengusaha dengan hasil milyaran. Keluarga ini di rampok dan di bantai
semuanya perampokan dan pembunuhan yang sangat sadis dengan leher hampir putus
dan banyak tusukan di tubuhnya. Setelah kejadian itu orang gak pada berani ke
hutan ini, dan setelah 18 tahun orang pada mulai lagi berani ke hutan untuk
melakukan penelitian, ekspedisi maupun hal lainya namun naasnya meraka yang
sudah masuk kedalam jelajah tidak pernah kembali.
Namun perempuan ini dan teman-temanya tidak mempedulikan itu
karna mereka yakin tidak ada hantu apa lagi sampai hantu membunuh itu merupakan
hal mustahil. Dan mereka melanjutkan ekspedisinya dalam hutan memang bukan
hantu tidak ada hantu di hutan ini yang ada seseorang yang sakit jiwa dia
membantai temen-temenya dengan cara di buru seperti memburu binatang buruan.
Mendengar cerita dari perempuan ini kami langsug waspada dan tadi perempuan ini
juga di kejar beruntung bertemu dengan kami.
Perempuan ini bernama sanah, sungguh insiden yang tidak
terduga. Kini kami berdelapan dengan sanah kami berjalan mencari jalan pulang
kerumah yang serem tadi dengan berwaspada. Hampir saja tovan menginjak ranjau,
ternyata banyak perangkap juga dan kami harus lebih berhati-hati. Dari belakang
terdengar seperti ada yang mengikuti kami hanya bisa berjuang dengan pasrah
apabila terjadi hal yang sama dengan temen-temen sanah, kami Cuma membawa golok
itu pun golok kecil yang kami pake buat motong ranting.
“Eeh ini bener gak jalanya fer??” Tanya tovan
“Mana aku tau.”
“Lha..”
Langkah demi langkah akhirnya menemukan jalan yang sama
sewaktu berangkat tadi, tiba-tiba yoyok terkena pisau yang di lemparkan dan
kami gak tau dari mana arahnya pisaunya mengenai bahu yoyok semua jadi panik
dengan menahan rasa sakit yoyok mencabut pisau yang menancap di bahunya.
Sungguh hal yang tak terduga jika kami akan mengalami hal seperti ini, suara
aneh pun terdengar dari deket tapi kami tidak tahu pastinya suara yang sangat
aneh seperti serak namun juga mengerang gak jelas. Sanah semakin ketakutan,
badanya pun menggigil dengan air mata juga ikut keluar.
Kami terus jalan dengan waspada langkah kami percepat,
terulang lagi yoyok teriak dan darah pun bertebaran mengenai beberapa di antara
kami perut yoyok sudah robek dengan darah mengalir dan isi perut keluar, dengan
cepatnya serangan terjadi. Kami semua pun teriak, syok dan hanya bisa melihat
yoyok yang berdiri terus tergelatak jatuh dan tewas.
Serangan pun terjadi beberapa pisau beterbangan hampir
mengenai kami, kami lari dan terpisah aku, feri sama sanah sedangkan yang lain
kami tidak tahu kemana arah mereka lari yang jelas kami ketakutan setengah mati
lari dengan nafas yang terengah-engah. Namun betapa bahagianya kami ternyata
rumah yang serem sudah keliatan kami pun bergegas menuju rumah tersebut dirumah
tidak ada orang namun lampu menyala dengan redup pintu juga tidak di kunci kami
langsung masuk.
“Oohh sialan… kenapa bisa begini”, yang lain pada kemana juga
ini. Feri dengan nada marah dan juga bingung.
Sanah nangis tersedu dengan begitu ketakutan..
****
Raga, ridwan, haris dan tovan masih berlarian di hutan mereka
diserang dengan lemparan tombak. Saat sedang lari tovan terjatuh karna terkena
jebakan yang telah di pasang dengan posisi jatuh sesosok mahluk sudah di depan
tovan dengan memegang sebuah tombak dan siap menghujamkan ke muka tovan, tovan
hanya bisa mundur dengan posisi jatuh dengan nafas yang terengah-engah
ketakutan, saat tombak akan di luncurkan si rendy lari dengan membawa batang
kayu dan di hantamkan ke leher mahluk tersebut, sesosok dengan kain yang
menutup muka namun tidak penuh dan sangat terlihat aneh muka yang terdapat
beberapa bekas luka, melihat sesosok ini jatuh mereka langsung lari.
“Ayo cepet lari..”
“Cepat cepat…”
Meraka berlari dengan katakutan dan nafas yang
terengah-engah. Sesosok tersebut bangun dari pingsanya dan mengejar ridwan,
haris sama tovan.
“Ooh fuck…” kata haris.
Ternyata mahluk seperti itu gak cuma satu mereka ada dua,
saat haris, ridwan dan tovan berlari tiba-tiba ada mahluk yang sama menghadang
mereka dengan dua kapak di tanganya menatap tajam dengan nafsu ingin
menghabisi.
Bagaimana caranya kita harus melawan dan mengahbisinya..
“Tapi ris..”
“Enggak ada tapi-tapian.”
“Ok lah kalo begitu, kita bertiga..”
Perkelahian pun terjadi antara satu lawan tiga, beberapa kali
kapak menghantam dan hampir mengenai. Perkelahian berlangsung sengit ternyata
mahluk ini sangat kuat terkena pisau beberapa kali pun masih bisa bertahan, dan
balik menyerang pundak tovan terkena kapak darah pun mengalir. Mengetahui tovan
kena kapak ridwan langsung membabi buta menyerang mahluk tersebut hingga
akhirnya mahluk itu kabur setelah di pukul kepalanya dengan sebatang kayu oleh
ridwan.
Haris menyobek baju untuk menutupi lukanya tovan biar
darahnya tidak mengalir terus. Tovan mengerang kesakitan dan setelah di perban
dengan kain kini sudah mendingan rasa sakit mulai berkurang. Mereka berjalan
kembali menuju rumah serem, namun mereka sudah gak kuat sehingga tergampar di
bahawah pohon dan tertidur.
Sedangkan kami masih cemas didalam rumah serem, kami ada
niatan untuk pulang namun tidak tega meninggalkan ridwan, haris sama tovan.
Saat ridwan, haris sama tovan sedang tidur haris terbangun
seperti mendengar suara orang melangkah dan suara itu semaikn mendekat dengan
kaki yang di serek. Haris membangunkan ridwan sama tovan mereka juga
mendengarnya namun tak lama suara itu berhenti dan dengan tiba-tiba busur panah
pun meluncur melawati samping muka haris sama tovan dan menancap di pohon.
Tanpa pikir panjang mereka langsung lari, suara desak kaki pun dengar dan
mengikuti mereka, dengan beberapa busur panah beterbangan di dalam suasan gelap
salah satu busur panah mengenai punggung tovan namun tidak menancap dalam.
Tovan teriak kesakitan mereka sempet berhenti untuk mencabut busur panah yang
menancap. Kali ini mahluk tersebut sudah di belakang mereka dengan kapak dan
panah yang tinggal satu busur lagi lagi panah diarahkan dan menganai tovan,
kali ini tovan bener bener tak berdaya.
“Fuuckk mau apa haah??” Kata haris ke mahluk tersebut dengan
penuh emosi kemarahan.
Mahluk ini tidak menjawab, tanpa basa-basi mahluk ini
langsung menyerang haris dengan sebuah kapak tajam ridwan melihat hal tersebut
langsung ikut melawanya perkelahian begitu lama darah pun sudah berkeluaran
dari muka dan tubuh masing-masing kali ini mahluk ini tiba-tiba meninggalkan
mereka padahal ridwan sama haris sudah tepar dengan lengan dan muka berdarah.
Mahluk tersebut tidak langsung menghabisinya dia masih mau bermain untuk
menyiksa ridwan sama haris. Kini mereka sudah serasa gak kuat untuk jalan
berdirpun sudah gak kuasa, namun mereka tetep berusaha hingga akhirnya bangun
melanjutkan perjalanan dengan menuntun tovan yang udah tak berdaya dengan darah
yang mengalir di tubuhnya.
Dengan banyak luka di tubuhnya tovan sudah gak kuat dan
akhirnya tergelatak dengan tak bernyawa. Kini sudah dua orang dari kami yang
tewas yoyok sama tovan.
Akhirnya kini kami sudah bertemu di rumah kami menginap.
“Mana si tovan??” Tanya feri.
“mm.. tov..tovan gak selamat fer”, jawab rendy dengan nada
sedih dan terbata-bata.
Kamipun sempat diam dan bingung semua pada gelisah, sedih.
“Ok kita lupakan.. yang terpenting sekarang kita tinggalkan
tempat sialan ini.” Ridwan mencoba merubah suasana.
“Mo..moo mobil nya mana ini??”
Oh sialanya lagi mobil yang kami parkirkan di depan sebelah
rumah gak ada, bingung, gelisah mendatangi lagi dengan penuh emosi yang gak
karuan. Kami mencaridi sekitaran rumah ternyata mobil kami pindah ke sebelah
belakang rumah.
“Lha kok bisa pindah ke sini??”, Tanyaku.
“Itu gak penting dii, buruan kita masuk dan tinggalkan tempat
sialan ini.”
Ternyata selain pindah mobil pun gak bisa dinyalakan mesinya,
beberapa kali di nyalakan gak bisa. Dan tetiba mahluk itu datang lagi kini
mereka datang berdua menghampri mobil kami. Tak ada jalan lain lagi selain
keluar dari mobil dan manyelamatkan diri.
Kami lari dan lagi-lagi terpisah, saat semua pada lari ku
lihat sanah terjatuh dan di datangi salah satu mahluk itu kami gak tau motifnya
apa dan kenapa mereka sampe tega memburu kami layaknya binatang buruan. Sanah
menangis ketakutan meminta tolong ku bantu sanah untuk melawan mahluk sialan
ini yang mukanya menggunakan kain sebagian untuk menutupinya.
Saat ada kesempatan ku bawa sanah untuk meninggalkan tempat
sialan ini. Aku tak tau mereka pada kemana kini aku sama sanah berdua dengan
begitu takutnya akan hal yang menimpa kami.
Semua pada terpisah dan tak tau kemana, namun saat aku sama
sanah sedang berjalan mencari jalan dan mencari teman yang lain kami bertemu
sama ridwan sama raga yang bersembunyi di balik pohon dengan sebatang kayu yang
siap di pukulkan ke aku yang dikiranya mahluk sialan itu.
Kami kembali bersama berjalan dengan hati-hati karna banyak
juga perangkap buruan yang bisa mematikan jika mengenai kami. Terus berjalan
menelusuri hutan sambil mencari rendy, feri sama haris dengan hanya berpegang
batang kayu dan kapak kecil kami berwaspada dan siap melawan serangan dari
mahluk sialan itu apabila datang sebuah serangan.
Sementara di sebelah lain rendy, feri sama haris berjalan
juga mencari kami. Namun diam-diam mahluk sialan itu membuntuti mereka bertiga
melalui semak belukar di sebalah samping sambil memegang sebuah tombak yang
siap di lemparkan ke salah satu mereka. Mereka tidak sepenuhnya menyadari namun
perasaan gak enak di rasakan sama haris yang jalannya sambil celingukan
beberapa kali liat ke belakang dan kesamping.
Saat haris sedang melihat kebelakang tiba-tiba tombak
meluncur di depanya menepis pipi haris yang terus tombak itu menancap di pohon
samping muka haris. Dengan muka tegang takut haris cuma bisa diam atas kejadian
yang barusan di alaminya, rendi sama feri tercengang melihat kejadian yang
hampir menghancurkan muka haris darah pun mengalir dari pipi haris akibat
goresan tombak. Tanpa pikir panjang mereka langsung lari dan kali ini mereka di
kejar sama mahluk sialan itu dengan nada tawa yang aneh mahluk sialan itu terus
mengejarnya dengan beberapa kali melemparkan tombak kecil.
Mereka terus di kejar dengan nafas yang terengah-engah mereka
sudah mulai lemas dan merasa gak kuat, namun kemudian feri melihat ada sebuah
tangkai besar dengan daun yang rimbun yang berada di pohon depan yang tidak terlalu tinggi, mereka langsung
naik ke atas dengan memanjat pohon. Mahluk sialan itu tidak melihat mereka
bertiga dan terus mencari untuk memburunya. Setelah beberapa menit akhirnya
meras aman dan mereka mulai turun dengan sangat hati-hati. Mereka melanjutkan
perjalanan haris tertinggal di belakang dan leep kakinya kena tali dan langsung
di tarik dengan cepat feri sama rendy terus berjalan dan meraka merasa ada yang
kurang saat melihat belakang ternyata haris sudah tak ada.
Haris disekap sama mahluk sialan itu di bawa ke sebuah rumah
yang agak berada dalam hutan sebuah rumah bekas tempat buat istirahat yang
sudah tua haris dibawa masuk dan di tali di sebuah kursi. Mahluk sialan ini
tanpa basa basi dan lama langsung mngambil pisau dan mengoreskanya di batu biar
tajam. Haris dengan sekuat tenaga mencoba meloloskan diri dengan penuh
ketakutan serta emosi.
Feri sama rendy mencari haris dan tak lama kemudian dengan
kebetulan feri sama rendy melihat rumah yang buat nyekap haris mereka berdua
membuka pintu untuk masuk dan betapa kagetnya saat melihat haris disekap dengn
di tali dan mulut di sumpel pake kain. Ternyata mahluk sialan ini mengetahui
feri sama rendy langsung menyerangnya dengan sebuah gorok mesin feri mencoba
melawan dengan tongkat besi sedang kan rendy mencoba menyelamatkan haris dengan
membuka talinya.
Kemudian mereka berhasil kabur dan pergi dari rumah itu,
namun masih dikejar oleh mahluk sialan itu kini dia punya senapan laras panjang
saat lari haris terkena peluru senapan di lenganya dan kemudian terkena lagi di
bagian punggung.
Aku, sanah, ridwan dan raga terus berjalan mencari feri,
rendy sama haris setelah jalan kami kehilangan ridwan, dan gak tau kemana
ridwan yang jalan di paling belakang tak ada suaranya dan tau-tau hilang entah
kemana. Kami panik pikiran jadi tak karuan.
“Dii Ridwan mana??” Tanya raga.
“Lha bukanya di belakangmu tadi?”
“Iya, tapi sekarang gak ada.”
“Ini pasti kelakuan mahluk sialan itu iya ini pasti, temenku
juga gitu tiba-tiba ngilang”, Sahut sanah.
“Yaudah kita sekarang harus tenang, sebaiknya kita cari
ridwan kita balik dan terus waspada tetep barengan”. Aku menenangkan suasana.
Akhirnya kami balik arah dan mencari ridwan yang tetiba
hilang gak tau kemana, dengan langkah penuh hati-hati dan waspada kami terus
berjalan.
Haris tergelatak tak berdaya akibat tembakan yang diterima,
feri sama rendy mencoba membantu haris untuk berdiri dan berjalan. Setelah berjalan
beberapa langkah mereka melihat mahluk itu dengan membawa ridwan yang sudah
pinsan di angkat di pundaknya, melihat hal itu rendy mengikuti mahluk itu
sedangkan feri berdiam di tempat dengan menjaga haris yang sudah tak berdaya.
Rendy terus mengikuti dari belakang saat sudah dekat rendy
memukul kepala mahluk itu dengan batang kayu, mahluk itu pun pingsan rendy
segera membawa ridwan dan meninggalkan mahluk itu. Awalnya rendy ingin membunuh
mahluk itu yang sudah pingsan namun rendy teringat ridwan sama haris yang lagi
membutuhkan pertolongan. Sebelum pergi rendy memukul mahluk itu beberapa kali
dengan batang kayu sampe kepalanya mengeluarkan sedikit darah.
Rendy kemudian membawa ridawan dan menyadarkannya yang masih
dengan badan lemas ridwan jalan sambil di tuntun rendy menuju feri sama haris.
Kemudian mereka berempat berjalan dengan langkah yang berat karna harus
menuntun haris sama ridwan.
Di tengah perjalanan kami bertemu dan akhirnya kembali
menyatu senang saat melihat ridwan yang selamat.
“Aahh syukurlah akhirnya kita bertemu”.
“Alhamdulillah ridwan masih selamat, kau tadi kok bisa
ngilang sih wan, kami udah panik tadi”.
“Ceritanya panjang nah.”
“Ok yang terpenting sekarang kita selamat bisa kembali
berkumpul. Bagaimana caranya juga kita harus bisa segera keluar dari tempat
sialan ini”.
“Bagaimana kita keluar dii?? Sedangkan mobil kita… tau
sendiri kan tadi”.
“Kita harus balik kerumah tadi, mobil pasti masih bisa di
gunakan dan siapa tau nanti tuan rumah udah kembali”.
“Kau gilaa mau balik lagi ketempat itu, sama aja bunuh diri
mendingan enggak”.
“Mau gimana lagi fer?? Ini jalan satu-satunya”.
“Bener fer kita hasus balik ke rumah itu.”
Akhirnya kami kembali ke rumah tersebut dengan berjalan
mengarungi hutan lagi dan dengan tidak mungkin keamanan kami terancam. Dan tak
kami duga mahluk itu menyerang lagi kini haris yang terkena kapak pada perutnya
yang hingga akhirnya tewas, kami semua berlari dan sebelumnya berusaha melawan.
Kini telah nambah lagi korban setelah yoyok sama tovan giliran haris menyusul kami
tak bisa berbuat banyak dan terpaksa meninggalkan haris yang tergeletak.
Dengan tawa yang aneh mahluk ini terus mengejar kami dengan
anak panah yang berterbangan mengarah ke kami. Yang akhirnya kami berhenti dan
memutuskan untuk menyerang mahluk ini dengan bersenjatakan kapak kecil dan
batang kayu kami melawan semampunya hingga akhirnya mahluk tersebut tergeletak
dan kami melanjutkan perjalanan, si rendy balik membawa pisau kecil dan
menusukan di perut mahluk itu darah pun keluar yang kemudian kami meninggalkan
mahluk tersebut tergelatak.
Setelah kami jalan agak jauh, dengan berusaha keras ternyata
mahluk tersebut masih hidup masih kuat berdiri dia menyobek sebagian bajunya
untuk menutupi luka tusuk di perutnya. Sambil mengerang mahluk ini berdiri
berjalan dengan langkah sempoyongan.
kami berjalan semakin menjauh dari tempat dimana haris
tergelatak, kami berjalan dengan hati-hati dan waspada. Namun nyatanya kami
diikuti oleh mahluk yang satunya dan kemudian disusul oleh yang satunya lagi
yang masih hidup setelah ditusuk pisau sama rendy.
Saat sedang jalan tetiba raga terkena kapak pada punggungnya
yang kemudian matanya kena anak panah yang kemudian raga pun tergelatak tewas
dengan mata keluar dan punggung penuh darah, kami tak tahan melihat itu semua
pada tercengang yang terus kemudian lari bersama menyelamatkan diri. Kini kami
kehilangan satu orang lagi, raga. Kami gak bisa berbuat banyak gak bisa berbuat
apa-apa marah, sedih jadi satu perasaan takut pun menyelimuti diri kami seakan
gak mau pergi untuk meninggalkan diri ini.
Dengan badan lemas dan capek ku sandarkan badan ini di pohon
dengan pelan-pelan kebawah yang akhirnya duduk dengan kaki selonjoran ku
keluarkan rokok, sambil merokok aku bingung mau bagaimana lagi kejadian ini
sudah terjadi suatu kejadian yang sama sekali gak terfikirkan oleh kami. Sanah
duduk disebelahku dengan mata berkaca-kaca mengingat akan kejadian yang sedang
di alami saat ini. Rendy menghampiri aku dengan meminta rokok, feri sama ridwan
duduk dengan tangan di kepala yang begitu sangat gak kebayang dengan kejadian
yang di alami saat ini.
Dua hari yang lalu kami masih bercanda nongkrong bareng
tertawa lepas kami seperti keluarga selalu bersama saling mendukung. Dan saat
ini kami mengalami hal yang sugguh tak ada dalam pikiran otak kami, kami yang
hanya menemani feri sama raga temen feri yang akan melakukan tugas penelitian
kini tinggal kami berempat, berlima dengan sanah orang yang bertemu dengan kami
dan mengalami hal yang sama dan dia yang masih selamat di antara teman-temanya.
Waktu hening untuk puluhan detik kami takut dan juga bingung,
feri mencoba menyalakan handphone nya namun sudah tak bisa batere sudah habis,
namun tidak cuma punya feri punya kami semua pun sama dan kini gak bisa
menghubungi orang untik minta pertolongan. Setelah sempat hening ridwan mencoba
membuka pembicaraan.
“Sekarang kita harus keluar dari tempat ini, kita harus lepas
dari buruan mahluk sialan ini, dan kita harus cepet ke rumah itu.”
“Ya bener, lihatlah sudah ada kilatan pertir dan suaranya
mungkin bentar lagi akan hujan kita harus cepat pergi,” Jawab feri dengan penuh
menyakinkan.
Kamipun menganggukan kepala yang artinya setuju, kami berdiri
menarik nafas dalam-dalam yang akhirnya di keluarkan agar merasa tenang dalam
menghadapi kejadian ini. Feri berjalan paling depan disusul sanah, aku, rendy
dan ridwan paling belakang kami berjalan saling melindungi satu sama lain.
Dengan udara dingin kami melangkahkan kaki untuk terus berjalan.
Dengan langkah penuh hati-hati kami berjalan melewati ranting
belukar, dan ternyata tetiba mahluk itu datang lari dari arah samping dengan
kapak di tangan kananya sambil teriak penuh emosi tepatlah kapak menancap di
pundak rendy, rendy berteriak dengan rasa sakit tak tertahankan darah muncrat
ke muka mahluk itu tak cukup sekali, kapak di angkat dan di hantamkan lagi ke
punggung rendy kini akhirnya rendi tergelatak darah pun mengenai muka ridwan
dan mukaku kami sempet terdiam beberapa detik dan tak bisa berbuat apa-apa
melihat rendy di hantam kapak.
Kini mahluk itu menatap wajahku dengan kapak siap di ayunkan
ke mukaku pas di ayunkan badan ku yang tak berdaya dengan pasrah aku seakan
menerima hantaman kapak sanah mendorong tubuhku hingga akhirnya kapak meleset
dan aku masih bernafas kemudian ridwan menendang mahluk itu hingga jatuh
terguling ke bawah.
Gerimis mulai berjatuhan hingga akhirnya kami sampai dirumah
kami menginap dan berharap sang tuan rumah ada dirumah untuk menolong kami.
Sesampai dirumah itu hujan deras mengguyur dan suara petir pun menggelegar
membuat kami takut dan lebih-lebih tuan rumah tak ada di rumah.
Tiba-tiba terdengar suara aneh dari balik pintu, yang
kemudian ternyata mahluk itu muncul dengan menebas leher feri hingga akhirnya
tewas kami hingga akhirnya kami keluar lagi dari rumah itu dan kini dua mahluk
itu berhadapan dengan kami bertiga aku, sanah sama ridwan.
Di bawah siraman air hujan kami berantem dengan mahluk itu
dinginnya air hujan tak terasa dalam tubuh kami dan terus berantem saling hajar
pukulan demi pukulan dan tendangan saling berhadapan walaupun yang satu mahluk
itu menggunakan pedang dan gorok namun keberuntungan kami dapatkan ridwan
berhasil menjatuhakan lawan dengan penuh emosi ridwan langsung menghabisi
mahluk aneh ini dengan mengambil pisau dan menancapkanya ke tubh mahluk itu
dengan membabi buta darah muncrat ke muka ridwan setelah tewas ridwan membuka
kain yang menutupi muka mahluk itu dan betapa kagetnya ternyata dia itu sang
pemilik rumah yang kami singgahi dan ternyata ini semua perbuatan pemilik rumah
semua teman kami yang di bunuh ternyata orang ini yang membunuh.
Sedangkan aku belum bisa menjatuhkan lawan yang sudah di
bantu sama sanah kami pun jatuh terlempar saat melihat mahluk ini ternyata
bahwa ridwan telah menghabisinya langsung berlari dan melompat ke arah ridwan
dengan pisau di tangan kirinya yang kemudian menusuk di perut samping kanan
ridwan, dengan menahan sakit ridwan terjatuh dan terguling. Mahluk ini
menyempatkan diri melihat saudaranya yang tewas sesaat kemudian melihat ridwan
dengan tatapan tajam penuh dendam dan emosi mahluk ini menyerang ridwan dan
kini saatnya aku beraksi ku ambil pedang dan ku hantamkan ke mahluk ini namun
sayang hanya menyerempet punggungnya yang kemudian jatuh terguling dan
melarikan diri.
Aku sama sanah segera enolong ridwan kami membawa masuk ridwan
ke mobil dan mencoba menghidupkan mesin mobil sempat berkali kali di hidupkan
yang akhirnya mesin hidup kami segera pergi meninggalkan tempat sialan ini dan
mahluk sialan ini, ku kemudikan mobil dengan kecepatan tinggi berharap
segerasampai di kota maupun pedesaan tempat penduduk sekitar untuk mendapatkan
pertolongan dan perawatan buat ridwan.
Dalam perjalanan yang belum terlalu jauh dari hutan ada
seseorang dengan langkah terlontai memcoba menghentikan laju mobil kami, dan ku
coba untuk mengerem saatdi perhatikan ternyata dia salah satu temen sanah aku
sama sanah membuka pintu mobil dan berniat mau menolongnya namun itu tidak bisa
kami lakukan kami terlambat karna mobil berhenti sekitar 19 meteran dari temen
sanah.
Tetiba mahluk itu muncul lagi dengan membawa dua orang yang
di iket dan di seret, mahluk itu langsung menghantam perut temen sanah hingga
isi perut keluar akhirnya tewas kini mahluk itu menatap kami tanpa pikir
panjang langsung ku jalankan mobil dan ku tabrak mahluk itu yang kemudian
terlempar dan gak tau kemana. Mobil langsung ku pacu, dan akhirnya sampai pada
rumah penduduk dan kami mendapatkan pertolongan dan perawatan. Kami
menceritakan kajadian yang kami alami warga pun bersama petugas berencana
mendatangi hutan dan mencari dan mengumpulkan teman ku dan sanah yang tewas.
Saat hari berikutnya di cari dan ternyata sudah tidak ada,
dan gak tau mayat nya pada kemana di tempat kejadian sama sekali gak ada
ditemukan satu pun hanya ada beberapa bekas darah yang masih tersisa.
Mahluk ini adalah anak dari keluarga pengusaha yang di bunuh
19 tahun yang lalu mereka berdua kakak beradik dari 4 saudara dari satu
keluarga mereka yang selamat namun dulu gak tau mereka ini pergi kemana dan
akibat dari menyaksikan keluarganya yang di bantai oleh perampok mereka berdua
mengalami trauma yang luar biasa mereka hidup jauh dari orang-orang yang
akhirnya akibat keluarganya di bunuh dan mereka hidup di hutan hingga akhirnya
mereka menjadi sepeti mahluk aneh yang membunuh satu persatu temen kami dan
sanah. Yang satu memang sikap luarnya baik hingga mempersilakan kami masuk di
rumahnya dan menginap dirumahnya namun di balik sikap itu hanya untuk melabuhi
kami.
Kami pun akhirnya pulang setelah ridwan agak mendingan dan
kami gak tau harus ngomong gimana sama temen kami yang lain sam mala ceweknya
tovan sama si silvia ceweknya yoyok sama wulan juga dan yang terpusing saat
harus ngomong sama keluarga mereka.
Saat kami sampai ridwan masih butuh perawatan hingga akhirnya
kami membawa ridwan ke rumah sakit aku, sanah, wulan sama mala ke rumah sakit.
Ridwan pun mendapatkan perawatan setelah itu wulan, mala sam silvia pamit
duluan, sanah masih dirumah sakit namun dia lagi keluar sebentar dan saat ku
lihatlewat jendela sambil memandang dan menikmati indahnya kota ini dan masih merasakan
kehilangan dan kesedihan yang teramat dalam tak terasa air mata ini mengalir
namun tetiba terhenti saat aku melihat di seberang jalan mahluk itu mucul
meliaht kearahku beberapa detik dan kemudian pergi.
“Ooohh sialan.”
Kemudian sanah datang, “kenapa dii??