Kriiiiiinggg…..kriiiing bunyi alarm dari dalam kamar
yang berukuran sedang terlihat seorang yang sedang nyenyak dengan tidurnya jadi
terbangun karena suara alarm, jarum jam menunjukan pukul 5.00 AM dengan rasa
males tangan mengambil jam dan mematikan alarm. Perlahan bangun dan duduk
dilanjutkan dengan mencari hand phone, sebuah pesan diterimanya.
Berjalan dengan langkah lontai menuju kamar mandi, tak
lama kemudian keluar dengan rapih sehabis mandi. Bersiap dengan barang bawaanya
sebuah tas yang berisi baju dan benda elektronik juga makanan.
Rendy berjalan menuruni tangga sambil menghisap rokok
rada repot dengan tas yang dibawanya, dia mengambil kunci mobil yang tergeletak
di meja.
‘aku udah siap ini, kalian dimana?’ tanya Rendy yang
sedang menelpon. ‘oh ok siap aku berangkat ini’.
Rendy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang,
diputerlah lagu Avenged sevenfold, Doing time guna memberikan semangat dipagi hari. Rendy akan pergi
kesuatu tempat yang jauh dari perkotaan, sebuah rumah yang telah lama
ditinggalkan oleh pemiliknya sejak tahun 2003 yang lalu setelah sebelumnya juga
dihuni oleh orang namun kini ditinggalkan.
Rendy berangkat tidak sendiri melainkan dengan ketiga
temanya, Tovan, Haris, Ridwan kini Rendy jemput mereka bertiga bertemu di jalan
Pahlawan. Dengan muka ceria dan penuh semangat Rendy membuka pintu mobil dan
menyapa mereka bertiga, rasa senang terlihat dari ke empat muka mereka senyum
dan tawa juga terpancar setelah kurang lebih 3 tahun tidak bertemu. Tujuan
perjalanan mereka untuk berlibur sinambi reunian berempat setelah tiga tahun
tidak bertemu karna kuliah.
Mereka berangkat kearah utara dari tempat mereka
tinggal, didalam mobil tak ada habisnya mereka berbicara berbagai hal. Haris
masih sama dengan tingkah konyolnya dia suka berbuat aneh-aneh. Lagu Linkin
Park masih berputar, asep rokok keluar dari mulut mereka.
Obrolan mereka dari kisah tiga tahun yang lalu
terakhir ketemu sampai sekarang ini semua dibicarakan, suasana dalam mobil
semakin seru. Rendy yang memegang kemudi terus melajukan mobilnya.
Setengah perjalanan mereka berhenti untuk istirahat di
rest area, perjalanan masih setengah lagi kini gentian yang pegang kemudi si
Haris. 20 menit setelah istirahat mereka melanjutkan perjalanan.
Karena Rendy ngantuk, Haris kini yang memegang kemudi,
dengan tatapan tajam kedepan pedal gas diinjaknya dalam dengan lihai
mengendarai kecepatan tinggi selap selip makin lama makin gak jelas mobil jalan
zig-zag. Rendy yang mulai tertidur kebangun kepalanya terbentur akibat kelakuan
Haris mengemudi, semua teriak ke Haris dan menatap Haris dengan kemarahan.
‘kalian kenapa sih kok liatin aku semua?’.
‘eh Ris, aku masih mau hidup, bangkee kau ini’.
‘kalian nyantai aja, bentar lagi nyampe ini. Rokok
mana, rokok?’.
Tak lama kemudian akhirnya mereka sampailah di sebuah
rumah tempatnya berada di ujung terpisah dengan rumah lainya, letaknya tidak
terlalu jauh dengan rumah yang lain. Mereka keluar dari mobil dengan menarik
nafas dalem dan mengeluarkanya, rasa senang terlihat dari wajah mereka, yang
merasa lega akhirnya sampe juga ke tujuan.
‘ayo kita masuk, gooo’.
‘kuncinya mana Van?’.
‘bukan sama aku Rend’.
‘ini kunci, buru masuk’. Kata Ridwan.
Ridwan membuka pintu, mata Ridwan terpana saat melihat
dalam rumah. Begitu juga dengan Tovan, Haris, sama Rendy. Satu kata yangterucap
dari mulut mereka ‘wooww’ sungguh bagus, cuma kondisinya kotor udah lama
ditinggal sama penghuni sebelumnya.
‘kok ini rumah isinya masih lengkap, liat lah ini
lukisan juga masih bagus, kok ditinggal begitu aja ya?’. Tanya Tovan.
‘jangan-jangan ini rumah gak bener ini’.
‘gak bener gimana Ris?’. Tanya Ridwan.
‘udah gak usah ngomong yang kagak-kagak, buruan taro
barang kalian kita rapihin nih rumah’.
Rumah dengan ukuran yang tidak terlalu besar kini
sudah bersih dan rapih, nampak terlihat dengan gaya klasik tahun 70an namun,
juga tak kalah keren kalo di banding dengan rumah jaman sekarang.
Hari pertama terewati dengan tenang, Rendy yang bangun
duluan ke ruang tengah menuju sebuah speaker active memutar lagu Linkin Park, With you dengan volume kencang, Haris, Ridwan sama Tovan yang lagi tidur kebangun karna
ulah Rendy.
Terdengar seperti suara orang mengetuk pintu rumah,
Rendy yang mendengar remang-remang mengecilkan volume music. Berjalan menuju
pintu depan dan membuka pintu, berdiri lah seorang pria yang menanyakan
bagaimana semalem tinggal di rumah ini, Rendy menyuruhnya masuk namun, orang
tersebut tidak mau masuk hanya melihat lihat dalam rumah dari pintu sambil
berdiri. ‘oh yaudah kalo baik-baik saja’ pria tersebut pergi pamit. Rasanya aneh
seorang pria yang datang hanya menanyakan keadaan semalam, ini sungguh aneh dan
tak dimengerti sama sekali oleh Rendy.
Tak lama kemudian terdengar lagi suara ketokan pintu,
Rendy membukanya lagi. Kini seorang lelaki tua berdiri depan pintu dan
menanyakan apakah ada kejadian semalem di rumah ini. Karena gak ada, lelaki tua
itu kemudian pergi meninggalkan Rendy yang berdiri sambil memegang pintu.
Ridwan yang baru bangun cuci muka sambil mengelap muka
dengan handuk mengganti lagu yang sedang diputer, lagu Linkin park diganti
dengan lagu NOFX yang berjudul Beat the meek sambil mengambil rokok Ridwan
bergoyang mengikuti irama lagu, dan menanyakan siapa tadi yang datang.
Sambil duduk dengan rokok yang dihisapnya Ridwan
memanggil Tovan sama Haris yang masih tidur. Beberapa panggilan tak terjawab
Ridwa berdiri berjalan mendatangi Tovan sama Haris yang masih lelap dengan
tidurnya. Sedangkan Rendy masih bingung dengan dua orang yang datang tadi.
Hari semakin siang mereka pun merasa lapar Ridwan
mengajak Haris sama Tovan untuk keluar beli makan sedangkan Rendy menunggu di
rumah. Ridwan, Haris, juga Tovan keluar menggnuakan mobil mencari tempat makan.
Letak rumah yang termasuk didalam mengaharuskan mereka pergi ke kota yang
jaraknya 18 mil.
Rendy yang berada di rumah sendirian, dia melihat-liat
isi dalam rumah, banyak terdapat tumpukan kardus yang bersisi barang yang
sepertinya tidak terpakai dan beberapa benda-benda masih merserakan disebagian
rumah.
Tak lama terdengar suara pintu yang diketuk, Rendy
segera membuka pintu. Nampak seorang lelaki setengah baya dengan postur badan
yang gede menyapa Rendy. Rendy mempersilakan orang tersebut masuk, mereka duduk
di sofa. Rendy yang dengan rasa penasaran sama orang tersebut memulai membuka
obrolan.
Lelaki tersebut duduk sambil melihat liaht dinding
rumah, mata lelaki tersebut tertuju pada sebuah lukisan pohon yang tertempel
didinding sebelah kanan ia duduk. Dengan tatapan penuh pemahaman, Rendy
menanyakan kenapa dengan lukisan itu.
Lelaki ini mulai menceritakan kisah yang terjadi di
tahun 1997 silam, bahwa rumah yang dihuni sekarang ini dulu milik keluarga
Yoyok mereka tinggal dengan keluarga kecilnya dengan tiga orang anak. Namun,
anak yang ke tiga dia mengalami kelainan setelah dua hari sebelumnya demam
panas tinggi. Entah kenapa tiba-tiba demam badan panas dan tidak bergerak
sampai membuat keluarga panic.
Kedua orang tua memanggil dokter terdekat guna memeriksa
keadaan anaknya, ketika dokter memeriksa sama sekali tidak kenapa-napa, menurut
medis tidak ada gejala demam badanya normal tapi yang beda, udara dekat
tubuhnya panas sehingga badan seperti orang demam. Hingga saat malem hari semua
pada tidur dia terbangun karena merasa sakit dikepalanya, ia berjalan menuju
dapur entah mengapa dia mengambil pisau memporak porandakan isi dapur, kedua
orang tuanya terbangun dan juga dua kakaknya.
Dengan tatapan tajam dan mata memerah pisau yang
digenggamnya ditusukan ke ibu nya yang kemuadian ke ayahnya. Kedua kakaknya
yang panik berteriak minta tolong, namun na’as mereka ditikam terlebih dahulu.
Darah berceceran dilantai, saat itu ia pergi berlari ke arah hutan. Lukisan itu
merupakan benda kesangan anak tersebut, anak itu yang melukis saat kondisinya
tidak normal.
Rendy yang sedang mendengarkan cerita tersebut dengan
seksama tetiba berhenti karena Ridwan, Tovan juga Haris telah kembali dengan
membawa tas plastic yang penuh dengan makanan. Mereka duduk dengan menatap si
lelaki tua dengan penuh pertanyaan.
Lelaki tersebut melanjutkan cerita