“Mau pesan apa mas, ini silakan?” tanya seorang perempuan
pelayan kafe yang berdiri sambil memberikan daftar menu.
“Oh iya mba, makasih eumm ini aja mba kopi ini 5 ya mba”.
“Oh iya mas” jawabnya dengan penasaran serambi mengerutkan
dahinya dan menyipitkan matanya.
“Hemm.. ini nanti buat sama temen saya mba”
“Ooohh” jawabnya singkat yang kemudian berbalik arah
berjalan kedalam.
Jam 7.31 PM Haris datang ke kafe untuk bertemu dengan ke
empat temenya, kursi belakang barisan tengah dekat dengan jendela lah yang
dipilih oleh Haris untuk duduk. Detik jam berjalan tanpa ada henti dan dengan
music jaz yang mengisi kafe memjadikan suasana malam yang tenang. Dua lagu kini
sudah usai sambil menyeruput kopi yang telah dipesanya sesekali haris membuka
hp nya, namun belum ada pesan masuk dari salah satu temenya.
Lagu ke empat kini udah hampir selese ketika haris mau
beranjak dari tempat duduknya datang satu temenya yang ditunggu, Ridwan dateng
dia melihat kanan, kiri depan dan belakang untuk mencari dimana Haris duduk.
Haris yang lagi berdiri dari kursinya melambaikan tangan sambil bertepuk kecil
memanggil Ridwan.
Tak lama kemudian Tovan sama Rendy datang mereka yang
melihat Ridwan langsung menghampirinya, mereka saling sapa berjabat tangan.
Kemudian menarik kursi yang masuk dalam meja untuk duduk. Kopi yang sudah
dipesanya sama Haris kini mereka seruput dengan nikmatnya.
Sambil menikmati kopi yang dipesanya yang sudah mulai
dingin langsung diminum habis sama Rendy, mungkin dia habis marathon.
Kemudian datanglah satu lagi bagian dari mereka yang
ditunggu paing lama, Feri datang dengan tawa kecil menyapa satu persatu rokok
yang ditangan dihisapnya sambil menarik kursi untuk duduk. Kini lengkap sudah
berlima, alunan music klasik masih terus mengiringi suasana kafe yang begitu banyak
pengunjung pemuda-pemudi untuk menikmati malam di kota yang indah ini.
Setelah lima tahun kini mereka bertemu lagi untuk sebuah
tujuan setelah dulu sempat berpisah untuk merilekskan pikiran.
“Ini nih para calon miliader, kemana aja kalian selama lima
tahun ini?”. Tanya Feri yang masih dengan rokok yang dihisapnya.
“Gak terasa udah lima tahun kita ini, setelah kejadian
waktu itu”.
Mereka kini seperti mengadakan reuni dan ditempat ini lah
juga dulu mereka bertemu sebuah kafe tempat untuk bersantai. Satu persatu
mereka mulai bercerita tentang lima tahun ini, Ridwan selama lima tahun ini dia
mengembangkan kemampuanya tentang komuter dan pemrogaman.
Lima tahun ini setelah kita pisah aku pergi ke Bandung
disana aku gak tau harus gimana sedangkan kalian kan juga tau waktu itu kita
tidak membawa hasil kerja kita. Sampe waktu itu pernah dibawa ke lembaga sosial
karna dikira aku sebagai gelandangan yang tanpa tujuan hidup.
Aku beruntung karna disitu aku bisa mandi, makan juga minum
gratis, yang paling menyenangkanya lagi disitu ada computer dengan jaringan
internet yang super cepat. Disitulah hidup ku setelah kita berpisah dimulai,
dari computer yang kugunakan di lembaga social itu aku bisa kek gini. Awalnya
aku berpikiran untuk pergi secepatnya tapi setelah tau ternyata lebih enak di
situ, selama 4 tahun 8 bulan aku hidup disitu dengan pura-pura sebgai orang
bodoh yang gak tau apa-apa dan gak tau tujuan hidup. Aku beralasan ingin tetep
disitu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik kedepanya.
“lha berarti kau cuma disitu, baru kemarin keluar?” tanya
Rendy yng memotong cerita Ridwan.
Iya aku hidup disitu dan baru keluar tiga bulan yang lalu,
lanjut Ridwan. Kalian tau pembobolan Bank yang raib uang dengan nilai 4,5
milyar dan 3 perusahaan yang hancur karena hacker? Itu yang kulakukan selama
dalam lembaga social. Tinggal duduk namun, bisa beraksi dan tak terlacak karena
disitulah merupakan tempat aman untuk bermain.
Music klasik terus mengiringi suasana kafe orang keluar
masuk datang ke kafe, suasana jadi semakin hidup. Para pelayan sibuk dengan
kerjaanya mondar-mandir mendatangi juga mengantarkan pesanan ke pelanggan.
Ridwan melanjutkan ceritanya setelah berhenti untuk
menikmati kopi yang tersedia dalam gelas berada didepanya.
Bisa beramain kek ini itu asyik, kalian tau dengan
permainanku ini banyak para hacker yang ditangkap, sebenernya aku gak tega juga
karna itu perbuatanku untuk membongkar para hacker yang nanggung dalam aksinya
dan juga sebagai keamananku. Pemerintah berpikiran bahwa ini perbuatan para
hacker mereka ditanya satu-satu siapa yang telah merugikan bank sebesar 4,5
milyar dalam waktu itu mereka tahu ini perbuatan hacker yang telah mentransfer
uang tersebut namun mereka tidak tau bahwa itu adalah perbuatanku.
“Waaahh keren juga kau Wan”.
“Kalian liat mobil yang terparkair itu, mobil yang berwarna
hitam, dengan dua pintu itu mobil hanya ada 6 di dunia dan satu di Indonesia
dan itu milikku”. Kata Ridwan dengan bangganya sambil mengambil rokok.
Kini Tovan sama Rendi menceritakan kisahnya selama lima tahun
ini.
Setelah kita berpisah dulu aku sama Rendi bareng karna aku
gak tau mau kemana dan aku gak mungkin pulang kerumah. Kami berdua masuk
militer selama dua setengah tahun kami belajar membidik, dilatih berani
motivasi dalam kegiatan militer namun setelah itu kami mengudurkan diri, dalam
militer kami masuk bukan sebagai anggota TNI kami di bagian persenjataan.
Selama dua setengah tahun sibuk dengan senjata kami merancang senjata, membuat
bahan peledak.
Itu merupakan pancapaian terbaik dalam hidup kami, bergabung
dengan militer untuk berlindung dari semua ini setelah lima tahun itu.
Sisanya kami habiskan untuk hidup seperti biasa bekerja
disebuah perusahaan rokok dan kami melanjutkan kuiah S2 magister hukum. Kami
kuliah sibuk dengan tugas dan tesis walaupun pusing namun kami kadang juga
kangen dengan tembakan, kejar-kejaran dengan mobil polisi kangen dengan
ledakan.
Kami pernah melakukan aksi kejar-kejaran dengan polisi dan
itu rasanya happy, waktu itu malam hari aku sama Rendy balapan dengan
kecepatang tinggi di jalan tengah kota membuat kekacauan dengan mobil yang kami
kendarai. Dan kami juga bertempur dengan para geng motor yang ecek-ecek sok
jago, geng motor kami porak-porandakan juga dengan para begal kami musnahkan. Mereka
itu hanya sok jago dengan kebodohanya.
Waktu itu banyak geng motor yang beroprasi di jalan dan
tempat-tempat ngumpul, aku sama Ridwan mendatanginya dan melemparkan geranat ke
perkumpulan mereka. Para begal yang berkeliaran kami datangi agar kami di
begal, kalo udah gitu tinggal kita hajar dengan sesuka kita yang berakhir
dirumah sakit dan penjara kami juga tak lupa meningalkan pean dalam setiap
korbanya dengan tulisan ‘nikmatilah hidupmu’.
Hal yang paling seru kami membuat 4 gembong narkoba
bangkrut dan berkahir dengan penjara mungkin sekarang udah mati. Kami datangi
gembong-gembong narkoba kita masuk didalamnya dan kita mainkan dengan
anggaranya semua dilakukan oleh ami dengan rapih walaupun bukan pengelola
duitnya kami mengambil semua duitnya tapi tidak menikmati narkobanya.
“welaah-welah kalian ini… kalo kau gimana Fer?”. Tanya
Haris.
Lima tahun aku kuliah juga kayak Tovan sama Ridwan
alhamdulillah kini udah selese. Selama kuliah juga hidupku makin baik hidup
santai dengan gak ada masalah, tanpa pukulan tanpa kejar-kejaran dengan mobil
polisi tapi bener yang dikata Tovan itu bikin kangen.
Denga kemampuan yang kumiliki saat itu aku mencari orang
yang berbakat untuk ku ajak beraksi, dan dapat 3 orang yang klop sama aku.
Kami mencuri sebagian dari 2 perushaan ternama, kami
membajak penyiaran televise juga, modal buat beraksi hasil dari merampas mini
market, sebenernya ini keterlaluan. Kami dapatkan duit kami gunkan untuk
mengambil yang lebih besar.
Tanpa mobil itu sepi, saat itu malam hari tepatnya malam
kamis kami berkunjung ke sebuah sorum mobil dan mengambilnya dengan mudah karna
satu temenku yang bernama yoyok dia jago dalam hal pembobolan. Kami lanjut ke
kantor polisi dan mengambil mobil polisi juga, asli seru.
Hacker juga ada, Raga dia bisa ngehac walaupun dia bukan
hacker. Kami menjelajah dunia maya, membobol berkas berkas penting perusahaan
dan membeberkanya ke publik tentang apa-ap yang dimiliki dan dilakukan
perusahaan, kami berhasil mentarsnsfer sebagaian dana perushaan dengan
menggunakan hack. Dengan mudah Raga mengambilnya, dan kami juga mendapatkn
penebusan ratusan juta dari perusahaan untuk berkas dan document.
Sebagian mereka menceritakan pengalamanya selama lima tahun
ini, walupun mereka bercerita tidak lengkap namun itu hanya untuk berbagi
cerita. Sedangkan Haris selama lima tahun ini dia kesana kemari untuk balapan
liar dengan menggunakan mobilnya mencari duit buat biaya hidup lima tahun,
karna sekarang ini adalah waktunya mereka menjadi miliader dengan hasil
perjuangan pendapatan yang didapatnya lima tahun lalu.
Lima tahun yang lalu mereka adalah tim, sebuah tim untuk
melakukan sebuah aksi perampokan, pencurian juga pembobolan beberapa peruahaan
mereka juga memenjarakan banyak penjahat selama melakukan aksinya, terakhir
mereka berhasil membawa emas batangan senilai ratusan milyar dan juga uang
tunai bernilai ratusan juta yang mereka dapatkan dari beberapa bank dan toko
perhiasan tempat penyimpanan emas tersbesar. Namun, itu mereka harus berpisah
karena mereka ketahuan dalam aksinya hingga terjadi kejar-kejaran dengan
polisi, walaupun akhirnya mereka lolos tapi mereka berpisah dan kini mereka
berkumpul untuk mengambi hasil.
Mereka dulu kuliah hukum namun mereka melanggar hukum,
berawal dengan iseng-iseng main computer yang kemudian mereka bisa ngehac
kemudian mereka jadi lah seperti ini penjahat dengan otak dan tak terlihat.
Hari itu mereka bertemu di perpustakaan kampus untuk
membahas aksi yang akan dilakukanya, sore hari jam 4.41 PM mereka bertemu
disebuah rumah makan untuk makan dan setelah itu mereka berangkat untuk surve
lokasi.
Mengendarai mobil mereka berangkat Haris yang memegang
setir mobil, Ridwan sibuk dengan laptopnya sambil menghisap rokok, Tovan sibuk
main handphone chatingan sama pacarnya, Feri asyik dengan musiknya yang diputer
ikutan nyanyi sambil mengikuti irama musiknya, Rendy nyenyak dalam tidurnya.
Satu mobil namun sibuk sendiri sendiri, lagu yang diputer lagunya Dewa 19
judulnya cemburu, dan sesekali mereka ikut nyanyi bersamaan. Mobil terus melaju
dengan santai Haris membawanya, dan ternyata malam hari ada razia mobil juga
karna lengkap jadi mereka aman saja.
Diperiksa aman dan mereka lanjut jalan music masih berputar
kini lagu Tipe-x judul lagi-lagi sendiri lagu ini pas dengan mereka yang kini
memang sendiri kecuali si Tovan.
Mereka sampai dilokasi, mobil berhenti mereka keluar dari
mobil dan melihat-lihat sekitar karena malem belum larut dan masih ada orang,
mereka menyamar sebagai karyawan. Mereka berjalan dengan santai menyapa sambil
senyum ke para petugas disitu. Ridwan menghampiri salah satu karyawati sambil
senyum dan dia bilang kalo mba ini cantik, menarik, dan stelan yang sangat
menawan.
Ridwan masuk ke ruang penyimpanan data, sedangkan Tovan ke
toilet untuk menghidupkan alat monitor untuk merekam apa yang ada diisi
ruangan. Mereka beraksi dengan tugas masing-masing, Feri dia berjaga dipintu
depan menyamar sebagai satpam.
Ini adalah awal mereka beraksi melakukan kejahatan, setelah
tugas selesai mereka kebali ke mobil dan meninggalkan bank tersebut. Rasa
senang dan juga berdebar jantung mereka
rasakan.
Ridwan mulai membuka laptop menghidupkan sebuah perangkat
yang telah diletakanya di ruang peyimpanan tadi, dengan mahirnya kini uang
sebesar enam ratus juta rupiah berhasil ditransfer dan masuk ke rekening
mereka. Tak lama alat perangkat tersebut meletup dan menghancurkan ruang
computer bank kerusakan terjadi dan aksi ini tak terlacak.
Tidak selalu kehidupan mereka waktu itu selalu berhubungan
dengan kejahatan, mereka memang punya perlengkapan senjata dan alat untuk aksi
mereka. Namun, mereka hanyalah orang biasa, yang berstatus mahasiswa dengan
kondisi yang juga gak beda jauh dengan mahasiswa lainya sebagai anak kost.
Saat itu juga mereka pernah merasakan kondisi dimana uang
mereka pada keadaan kristis, malam hari laper setelah selesai dengan tugas
kuliahnya. Perjalanan 2 jam dengan mobil mereka tempuh demi untuk makan, ada
sebuah restoran baru yang memberikan promo makan gratis. Perjalanan waktu
menuju kesana mereka bertemu dengan sekelompok geng yang meminta mobil mereka
namun, tidaklah berhasil dengan perlawanan yang berujung kejar kejaran walaupun
akhirnya gak ketangkap mereka menambah waktu perjalanan menjadi 3 jam.
"Alur ceritanya masih belum enak dibaca, belum bisa ngebawa
kedalam ceritanya. Belum bisa nulis yang kalimatnya enak dibaca, bikin betah
yang ngebaca. Makasih bagi yang udah baca, dan yang ninggalin komentar.. karna
itu berarti bagiku".