7 Sep 2016

Rumah Nomor 23

Kriiiiiinggg…..kriiiing bunyi alarm dari dalam kamar yang berukuran sedang terlihat seorang yang sedang nyenyak dengan tidurnya jadi terbangun karena suara alarm, jarum jam menunjukan pukul 5.00 AM dengan rasa males tangan mengambil jam dan mematikan alarm. Perlahan bangun dan duduk dilanjutkan dengan mencari hand phone, sebuah pesan diterimanya.

Berjalan dengan langkah lontai menuju kamar mandi, tak lama kemudian keluar dengan rapih sehabis mandi. Bersiap dengan barang bawaanya sebuah tas yang berisi baju dan benda elektronik juga makanan.

Rendy berjalan menuruni tangga sambil menghisap rokok rada repot dengan tas yang dibawanya, dia mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja.
‘aku udah siap ini, kalian dimana?’ tanya Rendy yang sedang menelpon. ‘oh ok siap aku berangkat ini’.

Rendy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, diputerlah lagu Avenged sevenfold, Doing time guna memberikan semangat dipagi hari. Rendy akan pergi kesuatu tempat yang jauh dari perkotaan, sebuah rumah yang telah lama ditinggalkan oleh pemiliknya sejak tahun 2003 yang lalu setelah sebelumnya juga dihuni oleh orang namun kini ditinggalkan.

Rendy berangkat tidak sendiri melainkan dengan ketiga temanya, Tovan, Haris, Ridwan kini Rendy jemput mereka bertiga bertemu di jalan Pahlawan. Dengan muka ceria dan penuh semangat Rendy membuka pintu mobil dan menyapa mereka bertiga, rasa senang terlihat dari ke empat muka mereka senyum dan tawa juga terpancar setelah kurang lebih 3 tahun tidak bertemu. Tujuan perjalanan mereka untuk berlibur sinambi reunian berempat setelah tiga tahun tidak bertemu karna kuliah.

Mereka berangkat kearah utara dari tempat mereka tinggal, didalam mobil tak ada habisnya mereka berbicara berbagai hal. Haris masih sama dengan tingkah konyolnya dia suka berbuat aneh-aneh. Lagu Linkin Park masih berputar, asep rokok keluar dari mulut mereka.

Obrolan mereka dari kisah tiga tahun yang lalu terakhir ketemu sampai sekarang ini semua dibicarakan, suasana dalam mobil semakin seru. Rendy yang memegang kemudi terus melajukan mobilnya.

Setengah perjalanan mereka berhenti untuk istirahat di rest area, perjalanan masih setengah lagi kini gentian yang pegang kemudi si Haris. 20 menit setelah istirahat mereka melanjutkan perjalanan.

Karena Rendy ngantuk, Haris kini yang memegang kemudi, dengan tatapan tajam kedepan pedal gas diinjaknya dalam dengan lihai mengendarai kecepatan tinggi selap selip makin lama makin gak jelas mobil jalan zig-zag. Rendy yang mulai tertidur kebangun kepalanya terbentur akibat kelakuan Haris mengemudi, semua teriak ke Haris dan menatap Haris dengan kemarahan.

‘kalian kenapa sih kok liatin aku semua?’.
‘eh Ris, aku masih mau hidup, bangkee kau ini’.
‘kalian nyantai aja, bentar lagi nyampe ini. Rokok mana, rokok?’.

Tak lama kemudian akhirnya mereka sampailah di sebuah rumah tempatnya berada di ujung terpisah dengan rumah lainya, letaknya tidak terlalu jauh dengan rumah yang lain. Mereka keluar dari mobil dengan menarik nafas dalem dan mengeluarkanya, rasa senang terlihat dari wajah mereka, yang merasa lega akhirnya sampe juga ke tujuan.

‘ayo kita masuk, gooo’.
‘kuncinya mana Van?’.
‘bukan sama aku Rend’.
‘ini kunci, buru masuk’. Kata Ridwan.

Ridwan membuka pintu, mata Ridwan terpana saat melihat dalam rumah. Begitu juga dengan Tovan, Haris, sama Rendy. Satu kata yangterucap dari mulut mereka ‘wooww’ sungguh bagus, cuma kondisinya kotor udah lama ditinggal sama penghuni sebelumnya.

‘kok ini rumah isinya masih lengkap, liat lah ini lukisan juga masih bagus, kok ditinggal begitu aja ya?’. Tanya Tovan.
‘jangan-jangan ini rumah gak bener ini’.
‘gak bener gimana Ris?’. Tanya Ridwan.
udah gak usah ngomong yang kagak-kagak, buruan taro barang kalian kita rapihin nih rumah’.

Rumah dengan ukuran yang tidak terlalu besar kini sudah bersih dan rapih, nampak terlihat dengan gaya klasik tahun 70an namun, juga tak kalah keren kalo di banding dengan rumah jaman sekarang.

Hari pertama terewati dengan tenang, Rendy yang bangun duluan ke ruang tengah menuju sebuah speaker active memutar lagu Linkin Park, With you dengan volume kencang, Haris, Ridwan sama Tovan yang lagi tidur kebangun karna ulah Rendy.

Terdengar seperti suara orang mengetuk pintu rumah, Rendy yang mendengar remang-remang mengecilkan volume music. Berjalan menuju pintu depan dan membuka pintu, berdiri lah seorang pria yang menanyakan bagaimana semalem tinggal di rumah ini, Rendy menyuruhnya masuk namun, orang tersebut tidak mau masuk hanya melihat lihat dalam rumah dari pintu sambil berdiri. ‘oh yaudah kalo baik-baik saja’ pria tersebut pergi pamit. Rasanya aneh seorang pria yang datang hanya menanyakan keadaan semalam, ini sungguh aneh dan tak dimengerti sama sekali oleh Rendy.

Tak lama kemudian terdengar lagi suara ketokan pintu, Rendy membukanya lagi. Kini seorang lelaki tua berdiri depan pintu dan menanyakan apakah ada kejadian semalem di rumah ini. Karena gak ada, lelaki tua itu kemudian pergi meninggalkan Rendy yang berdiri sambil memegang pintu.

Ridwan yang baru bangun cuci muka sambil mengelap muka dengan handuk mengganti lagu yang sedang diputer, lagu Linkin park diganti dengan lagu NOFX yang berjudul Beat the meek sambil mengambil rokok Ridwan bergoyang mengikuti irama lagu, dan menanyakan siapa tadi yang datang.
Sambil duduk dengan rokok yang dihisapnya Ridwan memanggil Tovan sama Haris yang masih tidur. Beberapa panggilan tak terjawab Ridwa berdiri berjalan mendatangi Tovan sama Haris yang masih lelap dengan tidurnya. Sedangkan Rendy masih bingung dengan dua orang yang datang tadi.

Hari semakin siang mereka pun merasa lapar Ridwan mengajak Haris sama Tovan untuk keluar beli makan sedangkan Rendy menunggu di rumah. Ridwan, Haris, juga Tovan keluar menggnuakan mobil mencari tempat makan. Letak rumah yang termasuk didalam mengaharuskan mereka pergi ke kota yang jaraknya 18 mil.

Rendy yang berada di rumah sendirian, dia melihat-liat isi dalam rumah, banyak terdapat tumpukan kardus yang bersisi barang yang sepertinya tidak terpakai dan beberapa benda-benda masih merserakan disebagian rumah.

Tak lama terdengar suara pintu yang diketuk, Rendy segera membuka pintu. Nampak seorang lelaki setengah baya dengan postur badan yang gede menyapa Rendy. Rendy mempersilakan orang tersebut masuk, mereka duduk di sofa. Rendy yang dengan rasa penasaran sama orang tersebut memulai membuka obrolan.

Lelaki tersebut duduk sambil melihat liaht dinding rumah, mata lelaki tersebut tertuju pada sebuah lukisan pohon yang tertempel didinding sebelah kanan ia duduk. Dengan tatapan penuh pemahaman, Rendy menanyakan kenapa dengan lukisan itu.

Lelaki ini mulai menceritakan kisah yang terjadi di tahun 1997 silam, bahwa rumah yang dihuni sekarang ini dulu milik keluarga Yoyok mereka tinggal dengan keluarga kecilnya dengan tiga orang anak. Namun, anak yang ke tiga dia mengalami kelainan setelah dua hari sebelumnya demam panas tinggi. Entah kenapa tiba-tiba demam badan panas dan tidak bergerak sampai membuat keluarga panic.

Kedua orang tua memanggil dokter terdekat guna memeriksa keadaan anaknya, ketika dokter memeriksa sama sekali tidak kenapa-napa, menurut medis tidak ada gejala demam badanya normal tapi yang beda, udara dekat tubuhnya panas sehingga badan seperti orang demam. Hingga saat malem hari semua pada tidur dia terbangun karena merasa sakit dikepalanya, ia berjalan menuju dapur entah mengapa dia mengambil pisau memporak porandakan isi dapur, kedua orang tuanya terbangun dan juga dua kakaknya.

Dengan tatapan tajam dan mata memerah pisau yang digenggamnya ditusukan ke ibu nya yang kemuadian ke ayahnya. Kedua kakaknya yang panik berteriak minta tolong, namun na’as mereka ditikam terlebih dahulu. Darah berceceran dilantai, saat itu ia pergi berlari ke arah hutan. Lukisan itu merupakan benda kesangan anak tersebut, anak itu yang melukis saat kondisinya tidak normal.

Rendy yang sedang mendengarkan cerita tersebut dengan seksama tetiba berhenti karena Ridwan, Tovan juga Haris telah kembali dengan membawa tas plastic yang penuh dengan makanan. Mereka duduk dengan menatap si lelaki tua dengan penuh pertanyaan.
Lelaki tersebut melanjutkan cerita



14 komentar:

  1. Lho lagi seru serunya kok berhenti ceritanya???

    BalasHapus
  2. Baper bang ceritanya
    Romantis banget
    Apalagi pas si ibu sama si ayah dulunya pacaran

    BalasHapus
  3. Duuhh... Untung gak ada kelanjutannya soalnya aku baca ini tengah malem... lukisan pohon kesayangannya.. duuhh.. jadi agak gimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. lh gkpapa kan Rum, emang ada apa dengan lukisan pohon.

      Hapus
    2. Ya serem lah.. yang nyayangin udah meninggal -_-

      Hapus
  4. o-em-jii untung bacanya nggak tengah malem,hehe
    btw, ini ceritanya bagus, lanjuut

    BalasHapus
  5. Yah bersambung sih.... >.<
    Itu lukisan di buat si anak pas lagi gak normal?
    maksutnya pas diaa lagi deman atau pas peristiwa tusuk menusuk?

    BalasHapus
    Balasan
    1. biar gak kepanjangan mba. hehe
      iya gitu.
      pas lagi demam sebelum peristiwa.

      Hapus
  6. Waw ternyata Adi jago bikin cerpen. Keren cees. Ini genre-nya Horror atau Thriller?

    Ayo cepet-cepet dilanjut Di. Saya penasaran nih. Udah lama gak baca cerita Horror soalnya. Oiya, keren euy soundtrack-nya ada NOFX. Salah satu band kesukaan saya tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaa.. makasih lho Son, Horror thriller.

      hehee.. insyaallah. ooh gitu ya. waah suka sama NOFX juga, keren aih.

      Hapus
  7. Rokok itu dapat membunuh janin. Waspadalah!!!!!

    BalasHapus

apalah aku nulis tanpa pembaca, kalo udah baca tinggalin jejak ya dikolom komentar.