22 Sep 2017

Kisah di Jakarta 2

Perhatian !!!
Dihapkan kebijakan pembaca dalam membaca tulisan ini, dalam tulisan ini ada kata-kata kasar tanpa sensor dan juga alur cerita yang asal tulis.

Terimakasih telah berkunjung, bagi yang nyasar lanjutin jangan close tab, ok. Thanks. Selamat menikmati (membaca).


Aku menatapnya sambil ngoceh gak jelas yang sesekali azam juga menanggapinya, dari membayangkan seandainya punya pasangan seperti perempuan yang duduk depan kami, aiihh sungguh aku merasa lelaki paling beruntung di dunia ini. Kata Azam juga perempuan yang bersetelan seperti itu terlihat cantik. Pendapat kita sama, bagiku perempuan berjilbab itu cantik dan anggun, elegan apalagi ditambah mengenakan kacamata.

Yang kita lakukan hanyalah menghampirinya untuk berkenalan, tapi kenapa serasa begitu susah. “Padahal cuma mau kenalan, tapi susah ya Dii,padahal kita lulusan hukum, kita debat berani, prensentasi berani tapi untuk kenalan kok rasanya gak berani”.

“Bukanya gak berani, cuma gak percaya diri aja”. Yahh apa bedanya ya? Ayolaahh ayoo ayoo hampiri dia dan kenalan, berpikir berpikir kata apa yang pas buat basa-basi mengawali obrolan,

“lihat di senyumanya, wajahnya begitu indah, mereka berdua kita berdua apa kau punya rasa dan pemikiran yang sama kek aku?”
“Jelas, kita kenalan kita duduk bereng jadi satu-satu kita semacam… yesss, ayoo”.
Sial kenapa susah banget kenapa gak pede gini untuk kenalan, seandainya aku punya pacar, aku pingin zram membelikan baju batik, jaket, kacamata terus pake celana kain yang biasa bukan celana yang ketat yang melihatkan bentuk tubuhnya.

“Iya betul itu Di, kampret juga kau pemikiranya keinginanmu, kayaknya kita emang beneran butuh seorang perempuan Di, yang bisa bikin kita seneng ketawa… kau yang jilbab item Di, aku yang jilbab biru. Yang jilbab item cantik juga lho”. “iya mereka berdua cantik zram, tapi kalo aku milih mah aku milih yang jilbab biru lah zram, sialan juga kau”.

Jarak kami duduk hanya beberapa jengkal dengan mereka,aku tak bisa hentinya menatap wajahnya, fuckk ini sebenernya gak baik menatap gini, tapi kenapa mau kenalan aja rasa percaya diriku ilang, apa karena dia terlalu cantik?? Entahlah, dan Azam masih sibuk dengan hp nya yang sesekali dia ikut juga sama kek aku ngoceh.

Kami berpikiran bahwa mereka sama kek kami yang jomblo gak ada pasangan, ya iyalah namanya jomblo juga gak ada pasangan. Mereka pasti orang baik, kek kita lah ya. Ada juga dua cowok yang mencoba mendekatinya duduk disebelahnya sok ngambil gambar lah, yang satu ngasih kode gitu lah, apaan coba kalo kami lihat itu mereka cara gak cerdas, kalo mau deketi yang hampiri dengan baik-baik dengan sopan, wanita adalah mahluk yang paling mulia.
Dan ternyata…… setelah sekian lama tetiba dating seorang cowok dia datang dari belakang dan menutup mata perempuan yang berjilbab hitam dengan kedua tanganya, yang kemudian yaa taulah kek di film film drama romance gitu.

Seketika, Azam menatapku dengan tatapan yang entah belum pernah aku lihat sebelumnya, “kenapa Dii?” aku hanya terdiam langit serasa runtuh, kawasan kota tua terasa meledak, “Aku Tarik ocehanku selama 45 menit, Zam, anggap gak ada ocehan”. Terlalu indah hayalanku, dan terlalu cantik perempuan yang duduk depan kami, nyeseknya ternyata ada cowoknya, lupakanlah anggap tak pernah mengoceh tentang dia.

Okeee.. lupakan soal perempuan dan ocehanku. Malem itu terlalu sibuk jika hanya untuk ngoceh perempuan, karena banyak hal lain seperti pengamen yang dating tak ada hentinya udah semcam transjakarta dan kami halte harmoni. Kanan kiri kami tuh orang pacaran semua dan pengamen yang ngeselin itu mereka bilang ke yang pacaran ‘Dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak’ bajingan men, ngontrak gundulmu, gak liat apa kami disini kadang kebangetan kalo orang ngomong ya?.

Okee oke tulisan ini terlihat sempit jika hanya membahas perempuan yang duduk depan kami dan aku terpana dan tak mendapatkan apa –apa, itulah hidup kadang yang kita inginkan belum tentu kita dapatkan.

Kembali kebelakang sebelum meilhat dua perempuan tersebut,……………………….

Sore hari menikmati Jakarta, biarpun macet, padet, polusi, bising, dikata panas tapi Jakarta aku menikmatinya.
“Dii kita ke Istiqlal, ok!”.
“Ok, Zam”.
“Sapa tau nanti disana ketemu perempuan yang muslimah berjilbab berkacamata sapa tau ketemu jodoh”.
“Ahh kau ini, itu mah maumu, aku juga mau kalo gitu”. Tapi hidup ini bukan seperti film yang kita atur alurnya sendiri. Waktu di Istiqlal tuh liat 3 perempuan bule, kalo itu menurut kami blasteran Rusia sama timur tengah, cantik pake banget, mereka mengenakan jilbab ya walaupun jilbabya cuma mungkin biar sopan aja karna ke masuk Masjid, tapi yang jelas cantik banget, udahhh jangan dibayangkan kek apa cantiknya. Kami aja terpesona  melihatnya, coba kalo punya istri cantiknya kek gitu ya zam, aiihh aku merasa lelaki paling beruntung dan bangga di Jakarta.

Kita beralih ke kota tua setelah ke istiqlal, eh tapi kita mundur dulu ya sebelumnya. Jadi saat naik KRL sebelum ke Istiqlal itu aku berdiri di kereta belakang yang kebetulan gerbongnya itu gak ada pintu, jadi mentok, tapi bukan gerbong paling belakang itu keknya tadinya kepela kereta, kalian pasti taulah yang di Jakarta dan sekitarnya udah paham kan sama KRL dan seiisinya?.

Berdiri dan lagi lagi terpana pandanganku ke dua perempuan yang juga sama-sama berdiri mereka berdiri depan kami, awalnya mah biasa tapi kebetulan pas dia melihatkan wajah dan senyumanya itu aduuhh ya Allah manis banget, akum au ngomong ke Azam cuma gak enak karna ku mikir ah pasti nanti Azam bilang ‘biasa aja, Di’. Eh tau gak, ternyata pas kami turun dan itu udah pulang malah, eh Azam ternyata bilang juga sama perempuan dua yang di KRL ke aku kalo mereka itu manis, kan Bangkee sialan.

Tulisan ini jadi bahasnya maalah perempuan ya? Haduuhh malu, iya ini mungkin karena lama pacaran tapi serasa jomblo.
Udahh yang ini mah, lanjutkan ke kota tua, mau?? Ayo kappa kappa ke kota tua (siapa aja yang baca tulisan ini, bisa koment di kolom komentar, kalian yang nyasar bisa koment juga kok ini bebas siapa aja bisa komentar).

Sampelah kami di Stasiun kota, kami jalan menuju pintu keluar dan seperti biasanya Azam merekam dan mempostingnya di Instagram, padahal mah udah sering ke Stasiun Kota lagian juga banyak orang yang udah kesini ke Kota Tua juga, tapi ya entahlah aku juga gak tau temen Instagram dia mungkin temenya orang-orang luar Jakarta semuanya.

Kalau liat Kota Tua tuh di jalanan rasanya pingin untuk syuting disini, apalagi kalau film action, dengan adegan kejar-kejaran mobil dan saling tembak kemudian ada beberapa mobil yang meledak, transjakarta pun terguling yang berisi penuh penumpang, aihh pasti keren, nanti orang orang berlarian kesana kemari saling tabrak, dan ada yang jail masih sempet nyolong kacamata, nyolong pecel dengan suasana riuh, tembakan kesana kemari danpalagi kalo ditambah datanglah monster, pasti seru tuh.

Ayoklah kita bikin, siapa nih yang seneng dengan kek ginian, yang pandai dengan teknologi juga, yang punya banyak duit juga, ayo kita kumpul kita bikin film tunjukan bahwa film action crime, action Sci-Fi hasil dalam negeri juga bagus gak kalah dengan film luar dan kita bikin alur ceritanya, yang punya ide boleh tuh sumbangin. Ayo kita rekrut orang untuk bikin film.

Kami lanjut jalan melihat lihat barang yang dijajakan dan makanan yang dijajak sepanjang dipinggir jalan, oouhh aku cinta kota ini, aku menikmatinya tinggal di kota ini (Jakarta). Sampe dikawasan banyak, rame men banyak orang. Kami bingung mau duduk dimana tapi itu gak lama posisi yang kami anggap pas adalah dipinggir deket pintu masuk-keluar yang arah stasiun, karena diposisi ini lah bisa melihat orang yang lewat.

Duduk dan datanglah ibu-ibu yang menawarkan kopi, kami memesanya, sambil menunggu aku mau bilang ke Azam, “Zam kita berbuat konyol yuk, kita pergi tinggal ibunya, ini pop mie sam kopi yang ditinggal kita bawa juga”, belum juga sempet ngomong gitu, eh Azam bilang duluan “Dii kita pergi aja, yuk, hahaa” . tapi kami gak segila itu, kasihan ini ibu-ibu, kita harus menghormati ibu.

Karena ibu-ibu kami gak tega, jadi kami nikmati kopi, dan parahnya ternyata banyak nyamuk, sialan juga ini posisinya kurang tepat, ini gak kena lampu lagsung dan belakang tanaman, mau pindah sebelah kiri ada orang yang lagi pacaran, kanan sama juga sepanjang kiri kanan orang sama pasanganya semua, sok mesra juga gitu ada yang ceweknya lenjehan bersandar ke cowoknya sambil di belai lah rambutnya sama cowoknya, yang jibababan juga ada yang sama, mereka pasti belum halal, nih buat para perempuan ya, jagalah diri kalian, kalian tuh perempuan biarlah nanti yang menikmatinya itu suamimu. Buat para lelaki juga, harusnya tuh dijaga bukan malah mesraan ditempat umum, ini Indonesia men bukan Negara lain yang bebas. Dan ini Ibu Kota, hormatilah. Fucckk malah ngetik gini, ini mah karna iri aja, sialan kau Dii sok-sok’an.

Kami jalan pindah tempat dan nyari orang yang menawri kopi, “kita kerjain aja, Di. Sesekali lah kita jail”. “Ya ayo, nanti aku rekam kau pemeranya ya!”. “fuckkk”.
“Eh Di, ini kalo buat shooting keren nih, kek Jason Statham dari atas gedung sana berantem dan loncat dari jendela, kaca pecah kan wuiihh keren terus ujung sana ada penembak jitu”.

“Kalo aku bukan gitu Zam, buat film Horror bagus ini. Kau lihat ujung menara itu? Nah coba bayangkan tetiba ada sesosok hantu yang muncul, sekilabat menampakan diri, hantu ini hasil pembunuhan jaman penjajahan dulu”.
“Lebih keren lagi kalo film bertema action crime Sci-fi jadi tuh kafe Batavia hancur meledak diserang robot yang sedang memburu orang, dan kebetulan orang itu sedang dalam kafe itu ya modelnya semacam Batle ship gitu lah”.

“atau bisa juga tuh buat film drama romance kita kalahkan drama korea, drama india drama Indonesia juga bagus, tempatnya bagus itu buat adegan dimana cowok sama ceweknya sedang menikmati malam hari di kafe itu, bikin drama bener bener romance, yookk ah”.
Sialan juga, kebanyakan nonton film ini dikit dikit ke arah film. Liat truck, liat alat berat dianggapnya autobot yang sedang sembunyi (menyamar) yang belum menampakan dirinya. Haduuhhh…

Ada beberapa kisah yang dilewati di kawasan kota tua, ooh iya ini kisah yang sama agung belum juga ditulis, kasihan dia belum masuk dalam tulisan ini tovan juga belum masuk, nanti ya. Gimana kalian yang udah baca ini tertarik gak?? Ada yang baca gak ya? Komen dong kalo ada yang baca.
lama gak buka blog, dan gak tau temen temen blog kabarnya gimana yang dulu sering mampir kesini. 
nulis-nulis aja.

20 Sep 2017

Kisah di Jakarta

Tetibanya di stasiun aku lihat dia yang menjemputku dengan senyuman yang begitu manis, aku tatap wajahnya seperti pertama kali aku mengenalnya dan melihatnya rasanya tak mau untuk memalingkan pandangan, senyumanya yang begitu cantik terpancar dari wajahnya…

Tapi, ini bukanlah kisah tentang asmara….

Diharapkan kebijakan pembaca dalam membaca tulisan ini, terdapat kata kasar.

“Brengsek”.. itulah kata yang terucap dari bibirku yang sedang berjalan menuju apartemen. Hari ini adalah hari dimana yang aku sebut dengan ‘konyol’ malunya tidaklah seberapa tapi sakitnya itu luar biasa, saat itu setelah naik KRL dari Sudimara sampailah di Stasiun Duren Kalibata, pintu kereta terbuka saat menginjakan kaki keluar telpak kakiku mendaratnya kurang tepat hingga akhirnya aku jatuh.

Sore itu Azam datang, rencana kami adalah untuk ke kawasan kota tua, iyaa kami hanya ke kot tua tiap mlam weekend karena hanya itu yang kami tahu dan kami anggap pas buat semua kalangan (dalam artian semua kalangan itu, ya jomblo maupun yang berpasangan yang masih remaja sampe yang seperti kami (belum tua juga) ).

Sambil nunggu Jegung kami minum kopi dipinggir jalan, apartemen. Seperti biasa kami ngobrol yang ujungnya menghayal. Terkadang pingin rasanya membuat sebuah film yang bergenre action crime maupun horror thriller yang berisi pembunuhan pembantaian, dan lokasinya di kawasan kota tua, saat banyak orang di kawasan kota tua datanglah seorang yang telah terinfeksi otaknya dan dia datang dengan membawa gergaji dengan tanpa sebab dia menghabisi orang-orang yang sedang menikmati kota tua dan menembakan senjata tak terarah.. eitss kayaknya ini aneh. Okeyy..

“kau kalau gini keliatan keren lho Di, adekmu aja kalah sama kau”. Fuckk men aku harus seneng apa sedih, kayaknya Azam nih butuh di rukyah, coba kalo yang bilang gitu seorang perempuan lha, lha ini coba, “sialan lah kau zam”.
Entahlah ini soal cerita apa,
Kami pernah berpikir untuk menuliskan kisah perjuangan hidup kami selama di Jakarta, tapi itu hanya keinginan yang tak ada tindakan untuk memulainya, hanya ngomong dengan lancar dan alur yang begitu rapih yang sesekali ditambahi dengan fiksi.

Entah apa yang kurang, terkadang udah menjadi diri sendiri, jujur, apa adanya dan bahkan kadang juga menjadi bukan diri sendiri berbohong tak apa adanya, sok menjadi yang sempurna dengan percaya diri yang tinggi masih aja belum dapet. Brengsek kan??
Ini hanyalah sebuah kisah hayalan dan angan dua orang yang belum mempunyai kesibukan formal.
“Oouhh Fuck men, kau lihat perempuan yang berjilbab merah muda itu, aihh MasyaAllah cantik banget”.
“Kau kalau ngomong jangan sembarangan asal njeplak bae”.

Saat itu kami duduk-duduk ditaman dengan ditemani sebotol minuman teh yang memulai memudar kadar kedinginanya kami sambil melihat orang-orang yang lewat depan kami. Ini bukanlah seperti pada film televisi.

“Kau ingat waktu ke kota tua kemarin kita berdua, terus kau ngoceh….”
“Brengsek.. sial.. ingat lah, kampret kau ini”

Jarum jam menunjukan pukul 7.58 menit, aku sama Azam duduk diantara banyaknya orang yang duduk di kota tua, ada yang berpasangan yang mesraan gitu, ya Allah mesraan kok depan umum gitu, fuck. Dan banyak hal lain yang dapat kami lihat dan untuk bahan kami bahas.

Pandanganku trfoku terhadap dua perempuan yang duduk depan kami, aku hanya diem memandanginya ku lihat Azam sibuk dengan hp nya, fuck men dia chatingan sama cewe, namanya juga usaha ya zam??
“Dii apa kau melihat dan merasakan serta berpikiran sama seperti yang aku alami malam ini detik ini?”
Iya, kita sama hanya saja kenapa gak ngomong, selama ini ja’im, sialan kita satu nusa satu bangsa juga. Perempuan yang duduk depan kami ini sungguh mengalihkan pandanganku untuk tetap terus menatapnya, mengenakan kacamata, berjilbab dengan mengenakan batik yang di rangkep jaket, dan satunya juga tak beda. Ini adalah bidadari yang datang untuk mengisi malam hari yang biasanya biasa aja kini adadua perempuan cantik, yang perlu dilakukan hanyalah menhampirinya dan mengajaknya berkenalan, simple.
“Iya betul itu, Di”

Azam ini isinya cuma iya ya doing, ketawa entah apa yang dia ketawain masih aja focus dengan hp nya. Yang jadi masalah adalah bagaimana caranya untuk menghampiri dan mengajaknya berkenalan. Fuckk fuckk sialan, ayolahhh Dii ini sangat simple. Ya masa datang bilang ‘Umm mba, boleh pinjem korek?’ what the fuck…

Selama 45 menit lebih aku ngocehin permpuan yang duduk depan kami, dan ternyata… 

13 Sep 2017

Secuil ungkapan

Rindu
Dia sering datang menghasut pikiran, bisa datang tanpa waktu dan hari yang ditentukan.
“Haiii, aku datang lagi buat kamu”
“Kenapa  kamu sering datang menghampiriku?” Tanya hati yang tersambung dengan pikiran.
Ini antara aku dan dia yang terbentang ratusan kilometer dengan retak dan lubang, ketika kau datang aku tau aku hanya bisa melihat foto dia. Kau datang seperti hantu yang terus menghantui dan bentukmu yang tidak terlhat masuk kedalam pikiran.
“Kenapa kau biarkan hantu satu ini masuk dalam alam kita??” kata perdebatan yang tidak terdengar.
“DIAAAMM!!! aku hanyalah rasa rindu yang mendatangi kalian, kalian hati dan pikiran yang selalu berhubungan dan kalian hanyalah sebuah angan pada diri orang ini, kalian lihat dia yang terbaring dikasur sambil melihat foto seorang perempuan berjilbab biru muda?? Karena orang inilah sedang merasakan rindu hingga kita ada dalam dirinya dan kita berdebat.

 *****

Haruskah?? 

Tidaklah cukup hanya dengan membawa stempel cap dengan lebel halal dari Majelis Ulama Indonesia setelah selesai sholat dan membawa seorang saksi dari pengadilan. Haruskah membawa mereka semua yang berada di ruang persidangan dengan membawa amplop yang berisikan uang yang cukup untuk memberi makan orang satu instansi. Walaupun aku tau bahwa terdakwa telah diputuskan bersalah.