Tetibanya di stasiun aku lihat dia yang menjemputku dengan
senyuman yang begitu manis, aku tatap wajahnya seperti pertama kali aku
mengenalnya dan melihatnya rasanya tak mau untuk memalingkan pandangan,
senyumanya yang begitu cantik terpancar dari wajahnya…
Tapi, ini bukanlah kisah tentang asmara….
Diharapkan kebijakan pembaca dalam membaca tulisan ini,
terdapat kata kasar.
“Brengsek”.. itulah kata yang terucap dari bibirku yang
sedang berjalan menuju apartemen. Hari ini adalah hari dimana yang aku sebut
dengan ‘konyol’ malunya tidaklah seberapa tapi sakitnya itu luar biasa, saat
itu setelah naik KRL dari Sudimara sampailah di Stasiun Duren Kalibata, pintu
kereta terbuka saat menginjakan kaki keluar telpak kakiku mendaratnya kurang
tepat hingga akhirnya aku jatuh.
Sore itu Azam datang, rencana kami adalah untuk ke kawasan
kota tua, iyaa kami hanya ke kot tua tiap mlam weekend karena hanya itu yang
kami tahu dan kami anggap pas buat semua kalangan (dalam artian semua kalangan
itu, ya jomblo maupun yang berpasangan yang masih remaja sampe yang seperti
kami (belum tua juga) ).
Sambil nunggu Jegung kami minum kopi dipinggir jalan,
apartemen. Seperti biasa kami ngobrol yang ujungnya menghayal. Terkadang pingin
rasanya membuat sebuah film yang bergenre action crime maupun horror thriller
yang berisi pembunuhan pembantaian, dan lokasinya di kawasan kota tua, saat
banyak orang di kawasan kota tua datanglah seorang yang telah terinfeksi
otaknya dan dia datang dengan membawa gergaji dengan tanpa sebab dia menghabisi
orang-orang yang sedang menikmati kota tua dan menembakan senjata tak terarah..
eitss kayaknya ini aneh. Okeyy..
“kau kalau gini keliatan keren lho Di, adekmu aja kalah
sama kau”. Fuckk men aku harus seneng apa sedih, kayaknya Azam nih butuh di
rukyah, coba kalo yang bilang gitu seorang perempuan lha, lha ini coba, “sialan
lah kau zam”.
Entahlah ini soal cerita apa,
Kami pernah berpikir untuk menuliskan kisah perjuangan
hidup kami selama di Jakarta, tapi itu hanya keinginan yang tak ada tindakan
untuk memulainya, hanya ngomong dengan lancar dan alur yang begitu rapih yang sesekali
ditambahi dengan fiksi.
Entah apa yang kurang, terkadang udah menjadi diri sendiri,
jujur, apa adanya dan bahkan kadang juga menjadi bukan diri sendiri berbohong
tak apa adanya, sok menjadi yang sempurna dengan percaya diri yang tinggi masih
aja belum dapet. Brengsek kan??
Ini hanyalah sebuah kisah hayalan dan angan dua orang yang
belum mempunyai kesibukan formal.
“Oouhh Fuck men, kau lihat perempuan yang berjilbab merah
muda itu, aihh MasyaAllah cantik banget”.
“Kau kalau ngomong jangan sembarangan asal njeplak bae”.
Saat itu kami duduk-duduk ditaman dengan ditemani sebotol
minuman teh yang memulai memudar kadar kedinginanya kami sambil melihat orang-orang
yang lewat depan kami. Ini bukanlah seperti pada film televisi.
“Kau ingat waktu ke kota tua kemarin kita berdua, terus kau
ngoceh….”
“Brengsek.. sial.. ingat lah, kampret kau ini”
Jarum jam menunjukan pukul 7.58 menit, aku sama Azam duduk
diantara banyaknya orang yang duduk di kota tua, ada yang berpasangan yang
mesraan gitu, ya Allah mesraan kok depan umum gitu, fuck. Dan banyak hal lain
yang dapat kami lihat dan untuk bahan kami bahas.
Pandanganku trfoku terhadap dua perempuan yang duduk depan
kami, aku hanya diem memandanginya ku lihat Azam sibuk dengan hp nya, fuck men
dia chatingan sama cewe, namanya juga usaha ya zam??
“Dii apa kau melihat dan merasakan serta berpikiran sama
seperti yang aku alami malam ini detik ini?”
Iya, kita sama hanya saja kenapa gak ngomong, selama ini ja’im,
sialan kita satu nusa satu bangsa juga. Perempuan yang duduk depan kami ini
sungguh mengalihkan pandanganku untuk tetap terus menatapnya, mengenakan
kacamata, berjilbab dengan mengenakan batik yang di rangkep jaket, dan satunya
juga tak beda. Ini adalah bidadari yang datang untuk mengisi malam hari yang
biasanya biasa aja kini adadua perempuan cantik, yang perlu dilakukan hanyalah
menhampirinya dan mengajaknya berkenalan, simple.
“Iya betul itu, Di”
Azam ini isinya cuma iya ya doing, ketawa entah apa yang
dia ketawain masih aja focus dengan hp nya. Yang jadi masalah adalah bagaimana
caranya untuk menghampiri dan mengajaknya berkenalan. Fuckk fuckk sialan,
ayolahhh Dii ini sangat simple. Ya masa datang bilang ‘Umm mba, boleh pinjem
korek?’ what the fuck…
Selama 45 menit lebih aku ngocehin permpuan yang duduk
depan kami, dan ternyata…
0 komentar:
Posting Komentar
apalah aku nulis tanpa pembaca, kalo udah baca tinggalin jejak ya dikolom komentar.